“Apapun masalah kalian, apapun problem kalian, dan apapun kesulitan kalian kuncinya hanya satu, perbanyaklah istighfar!” (Syekhuna Kholil Bangkalan Madura)
Akhir- akhir ini, musibah datang silih berganti, yang paling hangat adalah tentang pandemi virus corona yang sedang melanda, bukan hanya di Indonesia tapi hampir seluruh Negara didunia ini menghadapi masalah yang sama. Bagi seorang mukmin yang bertakwa tentu akan menjadikan ini semua sebagai bahan intropeksi diri.
Dalam satu pernyataan, Allah tidak akan menurunkan musibah pada suatu kaum bila Rasulullah Saw ada di tengah kaum tersebut. Saat ini ketika Rasulullah sudah tidak ada di tenggah-tengah kita, sebenarnya kita masih dapat mencegah turunya musibah Allah ke muka bumi ini yaitu dengan senantiasa membaca istighfar memohon ampun kepada Allah Dzat yang maha pengampun.
Betapa hebatnya istighfar, bukan hanya sebagai tolak balak turun dari Allah, membaca istighfar juga dapat menyelesaikan persoalan-persoalan hidup kita di dunia ini. Sebagaimana di kisahkan oleh syekh Muhammad Shodiq al-Musnawi dalam kitabnya Abwabul Faraj, beliau mengisahkan seorang laki-laki menemui kepada syeikh Hasan al-Bashri dan bercerita tentang kesulitan hidup yang dialaminya. Syeikh Hasan al-Bashri kemudian menasihatinya, “Bacalah istighfar!” Si laki-laki bertanya, “Kenapa harus membaca istighfar?”
Syeikh Hasan al-Bashri menjawab dengan firman Allah:
فَقُلۡتُ ٱسۡتَغۡفِرُواْ رَبَّكُمۡ إِنَّهُۥ كَانَ غَفَّارٗا ١٠ يُرۡسِلِ ٱلسَّمَآءَ عَلَيۡكُم مِّدۡرَارٗا ١١ وَيُمۡدِدۡكُم بِأَمۡوَٰلٖ وَبَنِينَ وَيَجۡعَل لَّكُمۡ جَنَّٰتٖ وَيَجۡعَل لَّكُمۡ أَنۡهَٰرٗا ١٢
“Maka aku berkata (kepada mereka), “Mohonlah ampunan kepada Tuhanmu, sungguh, Dia Maha Pengampun, niscaya Dia akan menurunkan hujan yang lebat dari langit kepadamu, dan Dia memperbanyak harta dan anak-anakmu, dan mengadakan kebun-kebun untukmu, dan mengadakan sungai-sungai untukmu.”
Kejadian yang sama pernah dialami oleh Syaikhuna KH.Muhammad Kholil bin Abdillatif Bangkalan Madura, seorang waliyullah yang merupakan guru dari kyai-kyai besar di Jawa dan Madura. Suatu hari, Syaikhuna Kholil didatangi oleh tiga tamu dari Jawa dengan kepentingan yang berbeda-beda.
Tamu pertama menemui beliau karena daerah tempat tinggalnya mengalami musim kemarau yang berkepanjangan. Ia diutus oleh masyarakat desanya untuk menemui Syaikhuna Kholil untuk meminta ijazah atau doa. Syaikhuna berpesan kepadanya, “Perbanyaklah istighfar!”
Tamu yang kedua memohon ijazah atau amalan, karena usaha dagang yang dijalaninya selalu rugi. Syaikhuna juga berpesan kepadanya untuk memperbanyak istighfar. Setelah tamu kedua keluar, masuklah tamu ketiga memohon ijazah atau amalan kepada Syaikhuna karena istrinya belum juga hamil. Syaikhuna member ijazah yang sama, yaitu perbanyaklah membaca istighfar. Akhirnya ketiga tamu dari jawa itu pulang dan mereka menyeberang selat Madura menuju ujung dengan perahu yang sama.
Di atas perahu mereka berbincang-bincang, saling bercerita tentang maksud tujuannya menemui Syaikhuna Kholil Bangkalan. Teryata mereka agak kaget karena Syaikhuna memberi ijazah yang sama. Kembalilah mereka ke bangkalan dengan maksud menanyakan perihal kesamaan ijazah walau masalahnya berbeda.
Sesampainya di kediaman syaikhuna, mereka bertanya tentang kesamaan ijazah tersebut? Dengan penuh bijaksana, Syaikhuna Kholil menyuruh ketiga tamunya untuk mengambil air wudhu dan membawa Al-Qur’an. Dibukalah Al-Qur’an surat Nuh ayat 10-12 seperti yang tertera di atas. Akhirnya Syaikhuna dawuh, “Apapun masalah kalian, apapun problem kalian, dan apapun kesulitan kalian kuncinya hanya satu, perbanyaklah istighfar!”
Selain itu, junjungan dan panutan kita, baginda Rasulullah SAW merupakan seorang yang ma’shum, terjaga dari dosa, setiap harinya selalu beristighfar minimal 70 kali, dalam riwayat lain disebut 100 kali.
Bahkan Rasulullah SAW mengajari langsung sebuah istighfar yang disebut sayyidul istighfar :
اللَّهُمَّ أنْتَ رَبّي لا إِلهَ إِلاَّ أَنْتَ خَلَقْتَنِي وأنا عَبْدُكَ وأنا على عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ ما اسْتَطَعْتُ أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرّ مَا صَنَعْتُ أبُوءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عليَّ وأبُوءُ بِذَنْبي فاغْفِرْ لي فإنَّهُ لا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلاَّ أنْتَ
“Ya Allah, engkau adalah Tuhanku. Tiada tuhan yang lain kecuali engkau. Engkau yang menjadikanku. Aku adalah hambamu. Dan tetap dalam janjimu. Serta perjanjianmu sesuai kemampuanku. Aku berlindung kepadamu dari kejahatan yang telah kuperbuat. Aku pulang kepadamu dengan pemberian nikmatmu kepadaku. Dan aku merasa berbuat dosa. Untuk itu ampunilah aku. Sesungguhnya tiada yang mengampuni dosa-dosa kecuali engkau.” (AN)
Wallahu a’lam.