Seperti biasa, Nabi Muhammad SAW mengakhiri aktifitas sehari-harinya dengan tidur. Namun malam itu tak seperti malam-malam biasanya. Nabi Muhammad SAW tiba-tiba terbangun. Saat itu, Jibril telah berada di sampingnya. Jibril pun mengajak nabi keluar untuk melakukan Isra Miraj.
Di luar, sebuah hewan yang disebut buraq sudah siap membawanya menuju tempat yang telah ditakdirkan Allah untuknya. Buraq membawa Rasulullah beserta dua pengawalnya, yakni Jibril dan Mikail menuju Baitul Maqdis.
Sebelum sampai di Baitul Maqdis, Jibril mengajak Rasulullah untuk sholat terlebih dahulu di beberapa tempat. Yaitu Tayyibah (madinah al-Munawwarah, kelak menjadi tempat hijrahnya Nabi), Madyan (tempat berteduhnya nabi Musa saat menghindari kejaran Firaun), Turshina (tempat nabi Musa menerima wahyu dari Allah), dan Bethelhem atau Bait al-Lahm (tempat kelahiran Nabi Isa).
Setelah Shalat, nabi pun melanjutkan perjalanannya kembali menuju Baitul Maqdis. Sesampainya di Baitul Maqdis, Nabi Ibrahim, Musa, Isa serta para Nabi telah menyambut kedatangan Rasulullah. Mereka memang sengaja dipersiapkan oleh Allah agar bisa bertemu dengan Rasulullah. Tidak ada yang mereka lakukan kecuali menjadi Makmum dari Rasulullah.
Pertemuan Rasulullah dengan beberapa nabi terdahulu tersebut dibuktikan dengan daya ingat nabi dalam menggambarkan ciri-ciri beberapa nabi yang ditemui saat Isra’ dan Mi’raj. Rasulullah menggambarkan ciri-ciri para nabi terdahulu seraya menyebutkan siapa sahabat yang paling mirip dengan nabi tersebut. Bahkan nabi sendiri mengatakan bahwa ia mirip dengan rupa dan fisik Nabi Ibrahim As.
Selain beberapa nabi di atas, Rasulullah juga bertemu dengan beberapa nabi yang lain ketika Mi’raj. Di antaranya adalah Nabi Adam yang ditemui nabi di langit pertama, bertemu dengan Isa kembali di langit kedua, Bertemu dengan Nabi Yusuf di langit ketiga, Nabi Idris di langit ke empat, bertemu Nabi harun di langit ke lima, bertemu kembali dengan Nabi Musa di langit ke enam. Barulah saat sampai ke langit ke 7 nabi bertemu dengan orang yang sangat mirip dengannya, yaitu Nabi Ibrahim.
Kuasa Allah SWT untuk mempertemukan para nabi terdahulu dengan Rasulullah adalah sebagai refrensi dakwah bagi Nabi SAW untuk menjawab berbagai pertanyaan yang dilontarkan oleh orang-orang Quraisy tentang para nabi terdahulu. Hal itu juga sebagai media pembuktian bahwa risalah yang dibawa oleh Rasulullah adalah benar-benar sebagai penyempurna ajaran dan agama yang telah dibawa oleh nabi-nabi pendahulunya.
Wallahu A’lam.