Islamofobia kembali menyeruak di Eropa. Pada Sabtu lalu, terjadi peristiwa penghinaan terhadap al-Quran yang dilakukan oleh seorang demonstran di Norwegia, dengan cara merobek dan meludahi al-Quran di tengah demonstrasi. Demonstrasi ini diinisiasi oleh kelompok Stop Islamization of Norway (SIAN) yang mengusung sentimen kebencian terhadap warga Muslim di Norwegia.
Ketua umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir melalui akun Twitternya mengatakan, peristiwa ini merupakan sikap islamofobia yang buruk di era modern, yang semestinya menjunjung tinggi perbedaan agama, ras, suku bangsa dan golongan.
Selain itu, dalam utas pernyataan sikap tersebut Haedar Nashir menyebutkan adanya tiga motif dan keadaan yang melatarbelakangi terjadinya Islamofobia di Eropa, yaitu:
Pertama, terbawa arus sentimen dan ketakutan terhadap Islam yang berlebihan dan sudah menyebar serta menjadi luas di Eropa yang kian hari terus bertambah kuat kecenderungannya.
Islamofobia di Eropa dan negeri Barat menguat kembali akhir-akhir ini. Hal itu tidakkah benar dan harus dicegah. Islamofobia terjadi dengan sejumlah motif dan keadaan.
— Haedar Nashir (@HaedarNs) September 1, 2020
Sentimen ketakutan terhadap Islam – yang mayoritas adalah imigran – di kalangan masyarakat Eropa memang sudah terjadi sejak lama. Di Norwegia sendiri, pernah terjadi pengeboman dan penembakan sadis kepada para pendukung imigran. Anders Behring Breivik, si pelaku pengeboman dan penembakan tersebut meyakini bahwa keberadaan para imigran, terutama imigran Muslim, menebar ‘hegemoni multikulturalis’ yang pelan-pelan menggerogoti warga Eropa.
Kedua, Haedar nashir menyebutkan Islamofobia disebabkan reaksi negatif atas apa yang boleh jadi mereka tangkap secara bias atau salah terhadap fenomena ISIS, terorisme, dan sejenisnya di dunia Islam atau di sejumlah negara. Reaksi negatif ini sering bercampur antara realitas dan bias.
Faktor terakhir, ketiga, yakni ekspresi demokrasi liberal di negara-negara Barat, yang memberi kebebasan segala bentuk ekspresi hak, yang tentu saja tidak mencerminkan keadaban dunia modern.
Menurut Haedar Nashir, hal tersebut menjadi pekerjaan rumah bagi seluruh umat Islam di dunia untuk melawan Islamofobia khususnya di Eropa. Adanya Islamofobia di Eropa merupakan agenda dakwah global untuk memahamkan masyarakat Barat tentang Islam yang maju, dan jadi rahmat bagi semesta alam.
Ketua umum PP Muhammadiyah tersebut juga menyeru kepada umat Muslim di seluruh dunia, yang diharapkan mampu beradaptasi di negeri manapun mereka hadir sesuai budaya yang ada. Haedar menyebutkan, “Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung” menjadi nilai yang perlu dipraktikkan sejalan dengan prinsip Islam yang membawa misi keselamatan dan kedamaian yang rahmatan lil-‘alamin.