Islamisasi di kampus umum negeri telah dimulai sejak 1970-an. Para penggeraknya adalah aktivis berlatar belakang Masyumi yang tidak diperkenankan berpolitik pada tataran formal. Mereka memilih berdakwah di kampus umum negeri karena lebih potensial daripada di IAIN yang telah dianggap lahannya kaum Muslim tradisional.
Kalangan sekuler, apalagi pada masa itu, kurang menyadari gejala tersebut. Mereka pikir agama hanyalah ritual pribadi yang tidak akan berpengaruh secara politik di lingkungan universitas yang rasional. Mereka percaya akal budi akan menang.
Sementara kalangan sekuler terlena dengan pikirannya sendiri, kegiatan dakwah di kampus-kampus umum negeri mendapatkan apresiasi luar biasa. Masjid kampus selalu penuh, apalagi pada bulan Ramadan dan hari-hari besar Islam lainnya.
Secara perlahan tapi pasti dari kegiatan-kegiatan itu lahir generasi Muslim yang kelak menempati pos-pos penting di bidangnya masing-masing.
Menjelang Orde Baru kolaps, generasi Muslim yang lahir dari kampus-kampus umum negeri tersebut telah terkonsolidasi dengan baik. Mereka tinggal menunggu waktu untuk bertransformasi dari gerakan dakwah ke gerakan politik. Sekarang transformasi itu telah terjadi.
Jika hari ini kampus-kampus umum negeri terlihat semakin Islami, maka harus dipahami hal itu tidak terjadi tiba2. Prosesnya panjang. Paling tidak mereka butuh waktu 4 dekade untuk sampai pada bentuk dan pencapaian seperti sekarang ini.
Pemahaman yang menyeluruh terhadap Islamisasi di kampus-kampus umum negeri ini mutlak diperlukan. Tanpa itu seruan anti-radikalisme atau ikrar pro-Pancasila yang sekarang digalakkan hanya akan menjadi seremonial belaka. Butuh waktu panjang dan kepekaan tingkat tinggi untuk mengubah orientasi di tengah dunia yang sedang bergerak ke kanan.