Islam di Jerman: Masalah yang Menghambat Integrasi Muslim di Jerman

Islam di Jerman: Masalah yang Menghambat Integrasi Muslim di Jerman

Tantangan komunitas Islam di Jerman untuk mengintegrasikan diri ke dalam masyarakat Jerman. Mulai soal ormas yang beragam sampai pemuda yang makin skeptis.

Islam di Jerman: Masalah yang Menghambat Integrasi Muslim di Jerman
Source: DW, Symbolbid Antimuslimisschen Rassismus (imago images/IPON)

Dalam pidatonya hampir 10 tahun yang lalu pada peringatan 20 tahun reunifikasi Jerman, Presiden Jerman saat itu Christian Wulff menyatakan bahwa Islam adalah bagian dari Jerman. Klaim tersebut memicu perdebatan di seluruh negeri tentang peran Islam di negara tersebut. Bagaimana dengan hari ini?

Saat ini, Jerman merupakan rumah bagi jutaan Muslim. Sebagian dari mereka telah tinggal di negara itu selama dua, tiga, dan bahkan empat generasi. Namun, bagi sebagian Muslim, mengintegrasikan diri ke dalam masyarakat Jerman untuk mendapatkan pengakuan masih menghadapi tantangan.

Riem Spielhaus, seorang ahli Islam di Universitas Göttingen sebagaimana dilansir oleh kantor berita DW, mengatakan bahwa pernyataan Christian Wulff cukup menjanjikan. Sebab di tahun-tahun berikutnya, katanya, banyak kemajuan dibuat dalam hal integrasi dan penerimaan terhadap Muslim. Namun sejak 2016 proses integrasi ini mandek.

Berbagai negara bagian di Jerman sudah memiliki sarana hukum untuk membuat masyarakat Jerman lebih akomodatif terhadap umat Islam. Hal ini berkaitan dengan ritual seperti penguburan cara Islam, memberikan cuti pada hari raya Islam, menawarkan perawatan spiritual di rumah sakit dan penjara, dan mengajar teologi Islam di universitas.

Meski demikian, masih ada beberapa tantangan bagi Muslim Jerman untuk dapat terintegrasi dengan masyarakat Jerman. Apa saja?

“Ormas Islam” di Jerman yang Bermacam-macam

Yang pertama adalah aspek organisasi Muslim Jerman yang tidak tunggal. Tidak seperti di Kristen, di mana Gereja terorganisasi secara hierarkis dan memiliki pemimpin resmi, Islam tidak demikian. Beberapa organisasi Muslim besar yang aktif di Jerman, seperti Persatuan Islam Turki untuk Urusan Agama (Ditib), didanai dari luar negeri. Oleh karena itu, anggota parlemen Jerman menghindari kerja sama erat dengan asosiasi tersebut, karena takut campur tangan pihak asing.

Berbagai asosiasi Muslim ada di Jerman saat ini. Namun, tidak semua mewakili komunitas Muslim seperti yang mereka klaim. Ini telah menjadi bukti misalnya selama Konferensi Islam Jerman, ketika berbagai asosiasi Muslim dengan keras menyatakan ketidaksetujuan satu sama lain. Perpecahan antar “ormas Islam” di Jerman ini membuat kemajuan menjadi sulit.

Pada Juli tahun ini, misalnya, Kementerian Luar Negeri Jerman berupaya mengangkat pengacara Muslim Nurhan Soykan sebagai penasihat di salah satu departemennya. Pengumuman itu menuai kritik, bagaimanapun, dengan beberapa Muslim sendiri menuduh Soykan – yang menjabat sebagai wakil presiden Dewan Pusat Muslim di Jerman – tidak banyak berbuat untuk melawan ekstremisme agama. Kementerian Luar Negeri Jerman kemudian mengubah arahnya, dan tidak jadi mengangkat Soykan.

Pemuda Muslim di Jerman Makin Skeptis

Dennis Sadiq Kirschbaum mengepalai sebuah organisasi yang bekerja untuk memberikan suara yang lebih besar kepada Muslim Jerman dalam urusan publik. Organisasi tersebut, JUMA, yang didirikan pada 2019, mewakili kaum muda Muslim aktif di Jerman. Kirschbaum mengatakan asosiasi Muslim tradisional kehilangan daya Tarik di lintas generasinya, dengan beberapa pemuda generasi terkini meninggalkan mereka sepenuhnya.

Dia mengatakan ada rencana untuk 16 organisasi pemuda Muslim di seluruh negeri untuk membuat aliansi untuk memberikan suara kepada pemuda Muslim Jerman.

Namun Spielhaus mengatakan kelompok Islam seringkali tidak punya “sumber daya dan personel” dibandingkan organisasi Kristen. Ini mungkin membatasi pengaruh mereka. Selain itu, Spielhaus memperingatkan tentang meningkatnya skeptisme agama dan iklim Islamofobia di Jerman yang membuat anak muda Muslim makin skeptis.

Iklim Islamofobia memang masih terasa di Jerman dan Eropa. Yang terkini, seorang rasis menembak dan membunuh sembilan orang dengan latar belakang warga asing di kota Hanau dekat Frankfurt pada Februari tahun ini. Negara Jerman – dan komunitas Muslim tentunya – merasa sangat terkejut. Meski demikian, dalam upaya mencari pemahaman yang lebih baik tentang masalah tersebut, Menteri Dalam Negeri Jerman Horst Seehofer telah membentuk badan ahli khusus untuk menyelidiki masalah Islamofobia di negara tersebut.