Islamic State of Iraq and Syria atau ISIS baru saja menyatakan bahwa anggotanya pelaku serangan bus maut di kota Nice Prancis yang merenggut 84 nyawa, klaim ISIS dirilis oleh Amaq News Agency yang selama ini dikenal sebagai media Pro-ISIS di jagad maya dan kemudian dikutip media-media Internasional. Sebelumnya, Presiden Prancis Hollande sesaat setelah kejadian telah menyatakan bahwa tragedi Nice adalah aksi terorisme.
Dalam sekejap simpati duka cita para pemimpin dunia mengalir, termasuk dari Indonesia, sekaligus mengecam aksi biadab yang dilakukan teroris itu. Di media sosial netizen juga menyuarakan hal yang sama, apalagi mengingat Prancis suatu negara yang “langganan” dihajar teror skala besar dalam kurun waktu 1 tahun belakangan ini.
Saat suara duka cita masyarakat internasional menggema di media sosial khususnya Twitter atas kejadian teror di Nice Prancis, pada saat yang bersamaan ada juga suara suka cita dan memuji aksi biadab itu, suara itu berasal dari akun-akun simpatisan ISIS, tak terkecuali yang di Indonesia. Bukankah Twitter selama ini selalu memblokirnya? Benar, tapi mereka selalu muncul kembali dengan akun-akun baru, lebih-lebih ketika ada kejadian teror besar seperti di Nice, cuitan akun-akun simpatisan ISIS makin nyaring “memekakkan telinga”.
Imej ISIS memang begitu lekat dengan media sosial, saya melihat mereka bagaikan menjalankan “kekhalifahan virtual”, memiliki cyber army, members atau followers dari berbagai negara yang tekun mengoperasikan akun-akun lintas media sosial.
Ketekunan simpatisan ISIS membangun “kekhalifahan virtual” itu, sebenarnya tak lepas dari ciri khas organisasi itu di Suriah dalam berkomunikasi. Hassan Hassan, seorang analis Suriah menulis sebuah buku berjudul ISIS: Inside the Army of Terror yang antara lain mengungkap strategi kelompok teroris itu dalam mengorganisasi dan berkomunikasi antar anggotanya di daerah yang dikontrol ISIS, salah satu yang mereka gunakan adalah aplikasi bernama Zello. Sebuah aplikasi selular yang sudah ada selama bertahun-tahun tetapi tidak terlalu dikenal, kombinasi sosial media, telepon dan radio, Zello bisa menjadikan iPhone, ponsel Android, Blackberry, PC sebagai walkie-talkie dengan satu sentuhan tombol.
Zello menggunakan bandwidth dan kekuatan baterei yang kecil, sehingga ideal untuk daerah-daerah yang sulit dijangkau terutama dalam situasi jaringan yang terbatas. Aplikasi ini memungkinkan pengguna untuk melangsungkan percakapan secara langsung, dalam real time, atau menyiarkan suara kepada kelompok yang luas dengan koneksi telepon ataupun data.
Pendek kata, ISIS tak hanya mahir mengemas materi propaganda yang menarik, tapi juga pandai menggunakan media sosial sesuai dengan fungsinya. Kemampuan itu sangat berguna bagi mereka untuk beradaptasi saat ini dan jarang disadari banyak kalangan.
Di Indonesia simpatisan ISIS beroperasi cukup nyaman di media sosial berbasis pesan instan Telegram, salah satunya akun bernama @UKKChannel, hingga tulisan ini dibuat @UKKChannel memiliki subscriber sebanyak 5900-an. Channel ini berfungsi seperti “kantor berita” bagi simpatisan ISIS untuk mendapatkan info terkini seputar operasi ISIS di manca negara.
Di samping itu, simpatisan ISIS di Indonesia kini terlihat mulai memanfaatkan platform media sosial lokal atau yang belum banyak dikenal, semisal platform Vidio[dot]com untuk mengunggah video-video ISIS. Saya sebut misalnya akun bernama @syahma, meskipun memiliki follower sedikit, akun ini relatif sudah lama beroperasi dan memiliki koleksi 30 video produksi ISIS dan beberapa video sudah ditonton (views) ratusan kali. Akun yang lain bernama @amniyah bahkan lebih produktif dan update mengunggah video. Video-video yang diunggah rata-rata dilengkapi terjembahan bahasa Indonesia dan sama persis dengan video yang diblokir Youtube selama ini.
ISIS dan simpatisannya belakangan memang menghadapi penghapusan akun dan konten secara agresif di media sosial besar seperti Twitter, Facebook, Youtube, namun mereka tetap menggunakannya demi mendapatkan jangkauan yang lebih luas (di luar simpatisan). Apalagi mereka mudah mendapatkan “bahan baku” propaganda dari grup atau kanal di Telegram seperi @UKKChannel atau platform media sosial lokal yang belum banyak dikenal.
Akun Twitter @Manjanik_News dengan 2400-an follower adalah akun yang populer di kalangan simpatisan ISIS, akun ini milik situs Manjanik.Net, situs tersebut sebenarnya sudah diblokir Kemenkominfo karena terbukti Pro-ISIS, namun meski demikian masih bisa diakses dengan “jalan tikus” melalui aplikasi tertentu. Cuitan akun @Manjanik_News sekilas adalah judul-judul berita berkedok Keislaman, Nasional maupun Internasional, namun jika dicermati lebih teliti kita akan menemukan beberapa propaganda ISIS dan glorifikasi kelompok teroris terkutuk itu.
Kabar mutakhir, wilayah kekhilafahan ISIS telah menyusut drastis dalam 18 bulan terakhir, di Irak mereka kehilangan 50% wilayahnya dan 20% di Suriah akibat digempur koalisi Internasional dan kekuatan sekutu pemerintah.
Pertanyaannya adalah, apakah “kekhalifahan virtual” ISIS juga ikut menyusut?