Puasa sunnah menjadi amalan yang akan melengkapi kekurangan amalan wajib seseorang. Lewat amalan sunnah ini, seseorang akan selalu ditemani oleh Allah dalam berbagai hal saat menjalani kehidupannya.
Disebutkan dalam sebuah hadits qudsi:
“Hamba-Ku senantiasa mendekatkan diri pada-Ku dengan amalan-amalan sunnah sehingga Aku mencintainya. Jika Aku telah mencintainya, maka Aku akan memberi petunjuk pada pendengaran yang ia gunakan untuk mendengar, memberi petunjuk pada penglihatan yang ia gunakan untuk melihat, memberi petunjuk pada tangan yang ia gunakan untuk memegang, memberi petunjuk pada kaki yang ia gunakan untuk berjalan. Jika ia memohon sesuatu kepada-Ku, pasti Aku mengabulkannya dan jika ia memohon perlindungan, pasti Aku akan melindunginya” (H.R. Bukhari).
Para ulama telah mengumpulkan beberapa puasa yang dianjurkan berdasarkan hadis-hadis Rasulullah Saw.:
Pertama, puasa enam hari di bulan syawwal. Anjuran puasa ini berdasarkan hadis yang diriwayatkan Abu Ayyub al-Anshari Ra.: “Siapa saja berpuasa bulan Ramadhan, kemudian diikutinya dengan enam hari puasa di bulan Syawwal, maka seolah-olah dia berpuasa sepanjang masa.”(H.R. Muslim).
Kedua, puasa hari ‘Arafah untuk selain yang berhaji dan puasa ‘Asyura. Puasa yang kerap dilaksanakan pada tanggal 9 Dzulhijjah dan 10 Muharram ini dianjurkan berdasarkan hadis yang diriwayatkan oleh Abu Qatadah.
Dari Abu Qatadah r.a bahwa Nabi Saw. pernah bersabda: “Puasa pada hari ‘Arafah merupakan kafarat (penebus dosa dan penutup kekurangan) untuk dua tahun; satu tahun sebelumnya dan satu tahun sesudahnya. Sedangkan puasa ‘Asyura merupakan kafarat satu tahun sebelumnya.” (H.R. al-Jama’ah kecuali Bukhari)
Ketiga, puasa tiga hari pertengahan bulan dan puasa Senin-Kamis. Jumhur ulama menganjurkan untuk berpuasa dipertengahan bulan yakni hari-hari ketika rembulan sedang bersinar terang: tanggal 13,14 dan 15 di setiap bulannya.
Anjuran ini berdasarkan hadis yang diriwayatkan oleh Abu Dzar Ra. Sementara puasa Senin dan Kamis, dianjurkan dengan merujuk hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah Ra. bahwa Rasulullah kerap berpuasa di hari Senin dan Kamis. “Semua amalan manusia dilaporkan kepada Allah pada hari senin dan Kamis, maka aku ingin agar amalanku dilaporkan ketika aku sedang berpuasa.” (H.R. Abu Ahmad dan Abu Daud).
Keempat, puasa di bulan Sya’ban. Ulama menganjurkan agar kita melaksanakan puasa di bulan Sya’ban. Hal ini selaras dengan hadis yang diriwayatkan dari Aisyah Ra. “Tidak pernah aku menyaksikan Rasulullah Saw. berpuasa sebulan penuh selain pada bulan Ramadhan. Dan tidak pernah aku saksikan beliau banyak berpuasa di hari-hari tertentu, seperrti pada bulan Sya’ban.” (H.R. Bukhari dan Muslim).
Adapun anjuran berpuasa yang kelima adalah puasa satu hari dan berbuka satu hari. Puasa ini kerap kita kenal dengan istilah puasa Nabi Daud As., di mana puasa ini dilakukan secara berselang, yakni sehari puasa sehari tidak.
Demikianlah puasa-puasa yang dianjurkan oleh Nabi Saw. Semoga kita bagian dari orang-orang yang selalu melaksanakan anjuran ini.
Disarikan dari buku “Panduan Lengkap Ibadah Menurut Al-Qur’an, Al- Sunnah dan Pendapat Para Ulama” karya Muhmmad Bagir