Ini Tips Agar Jemaah Haji Terhindar dari Dimensia: Hindari Kelelahan dan Dehidrasi

Ini Tips Agar Jemaah Haji Terhindar dari Dimensia: Hindari Kelelahan dan Dehidrasi

Berikut beberapa tips agar jemaah terhindar dari dimensia.

Ini Tips Agar Jemaah Haji Terhindar dari Dimensia: Hindari Kelelahan dan Dehidrasi

Islami.co (Haji 2024) — Ada beberapa kejadian aneh yang dialami jemaah haji saat tiba di tanah suci, mulai dari lupa jalan pulang, tak mau diajak naik bus, hingga ingin pulang ke rumah di tanah air, seolah lupa bahwa ia akan berhaji. Kejadian seperti ini dalam medis disebut dimensia.

Demensia adalah kondisi penurunan kemampuan berpikir dan ingatan seseorang yang umumnya terjadi pada lansia (usia 65 tahun ke atas).

Kondisi ini sangat mungkin terjadi pada jemaah lansia. Bahkan jumlah jemaah yang berpotensi mengalami dimensia pada tahun ini lumayan banyak. Yaitu dengan jumlah jemaah lansia 45 ribu. Hal ini terkonfirmasi melalui temuan Tim Media Center Haji (MCH) yang sering menjumpai dan mengantarkan jemaah haji lansia dan disinyalir menderita gejala dimensia. 

Kepala Seksi Layanan Lansia, Disabilitas, dan PKP3JH Dokter Leksmana Arry Chandra mengatakan, ada jemaah lansia yang mengalami kelupaan saat sedang menunaikan ibadah haji, baik lupa nama, keluarga, atau merasa dirinya masih berada di kampung halaman. 

“Gangguang ini secara umum dipicu oleh dua hal, baik karena faktor sosial atau psikososial maupun faktor pribadi atau psikologis. Selain itu juga dipicu oleh faktor biologis,” urai dokter yang sehari-hari bertugas di Daerah Kerja (Daerah Kerja) Madinah. 

Gangguan jiwa jenis ini juga biasanya dipicu faktor genetik.

“Mereka sudah memiliki potensi gangguan kejiwaan, kemudian kambuh lagi setibanya di Arab Saudi,” ungkapnya di Madinah, Senin (21/5/2024). 

Demensia biasanya diikuti dengan gangguan cara berpikir, seperti disorientasi tempat, disorientasi waktu, dan disorientasi orang-orang di sekitarnya.

Gejala yang bisa terlihat di awal biasanya seperti mudah lupa, terutama untuk kejadian-kejadian yang baru saja dialami. Kemudian, sulit mempelajari hal baru, sulit konsentrasi, termasuk sulit mengingat waktu dan tempat, terutama setelah mereka berpindah dari kampungnya. 

“Jemaah yang mengalami demensia perlu diberikan stimulasi kognitif. Misalnya dengan mengajak pasien ngobrol dan bersosialisasi, atau melakukan pendampingan terhadap pasien untuk mencegah terjadinya demensia,” ujarnya. 

Setelah pasien pulih, tetap perlu pendampingan. Sebab, demensia sewaktu-waktu bisa muncul terutama disebabkan kelelahan dan dehidrasi. Bagi jemaah lansia sangat disarankan untuk beristirahat yang cukup dan tidak memaksakan diri beraktivitas di luar kegiatan ibadah haji. Hal itu dapat memicu kelelahan ataupun terjadi dehidrasi akibat paparan cuaca panas di Arab Saudi. 

“Jemaah Lansia memang masih bisa kita cegah terjadinya demensia. Artinya, perlu mewaspadai gejala dimensia. Jangan sampai menimbulkan gejala disorientasi. Salah satu pencegahannya adalah dengan stimulasi kognitif. Caranya bisa dengan mengajak jemaah haji itu bercerita,” ujar dr Leks. 

“Para pendamping jemaah diimbau untuk selalu mengajak mereka bersosialisasi, berdoa, zikir bersama, kemudian hindari yang bisa menyebabkan jemaah lansia menjadi lelah,” tutupnya.

(AN)