Islam mengajarkan setiap perkara dalam kehidupan manusia dari mulai perkara yang kecil hingga perkara besar, salah satunya adalah makan. Islam mengatur atau mengajarkan umatnya dalam perkara makan agar umatnya mendapatkan keselamatan dan kenikmatan ketika makan.
Dalam hadis Rasulullah Muhammad Saw. telah banyak dijelaskan bagaiamana adab atau etika ketika makan. Namun, di era zaman ini banyak sekali umat Islam yang melupakan atau meninggalkan sunah-sunah makan yang telah diajarkan oleh Nabi Muhammad Saw. Dari Amr bin ‘Auf RA, Nabi Muhammad Saw. bersabda ;
مَنْ أَحْيَا سُنَّةً مِنْ سُنَّتِى فَعَمِلَ بِهَا النَّاسُ كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِ مَنْ عَمِلَ بِهَا لاَ يَنْقُصُ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا
Artinya : Siapa orang yang menghidupkan sunnahku, kemudian dikerjakan oleh umat manusia, maka orang tersebut akan mendapatkan pahala sebagaimana pahala orang-orang yang mengerjakannya, tanpa mengurangi pahala mereka sedikit pun. (HR. Ibnu Majah)
Imam Abu Hamid bin Muhammad al-Ghazalli (w. 505 H) telah menghimpun berbagai sunah-sunah Nabi Muhammad SAW ketika makan. Sayangnya, saat ini sebagian kesunahan tersebut telah ditinggalkan oleh umat Islam.
Berikut kesunahan Nabi Muhammad ketika makan yang banyak dilupakan umatnya:
Pertama, meniatkan makan guna memperoleh kekuataan dan kemampuan untuk taat dan beribadah kepada Allah Ta’ala. Sebagaimana disebutkan dalam hadis Nabi Saw. bahwa setiap amalan tergantung pada apa yang diniatkannya.
Kedua, berwudhu sebelum dan sesudah makan. Nabi Muhammad Saw. bersabda “Berwudhu sebelum makan akan menghilangkan kemiskinan, dan berwudhu sesudahnya akan menghilanggakan gangguan setan.”
Ketiga, makan di atas tikar. Makan di atas tikar lebih mendekatkan pada kerendahan hati. Nabi Muhammad Saw. bersabda “Aku (ketika) makan tidak dalam keadaan bersandar, Aku (Nabi Muhammad Saw.) adalah seorang hamba, maka aku minum layaknya seorang hamba dan makan layaknya seorang hamba.”
Bukan berarti makan di atas meja dilarang oleh syari’at, hanya saja makan di atas tikar lebih menjauhkan seorang hamba dari sifat sombong. Atau dalam kata lain, kita dianjurkan untuk mengutamakan sopan dan santun saat makan.
Keempat, memperindah cara duduk ketika makan. Nabi Muhammad Saw. ketika makan posisi duduk Beliau Saw. ialah duduk di atas punggung kedua kakinya dan terkadang Beliau Saw. menegakkan kakinya sebelah kanan. Ketika Beliau Saw. hendak mengambil makanan Beliau berlutut.
Kelima, makan ketika terasa lapar dan berhenti makan sebelum kenyang. Kekenyangan dapat menyebabkan tubuh terasa berat dan rasa malas pun muncul. Dijelaskan pula oleh Imam Ghazalli bahwa terbiasa terlalu kenyang dapat menyebabkan hati menjadi keras. Disebutkan dalam hadis Nabi Muhammad SAW, “Paling jauhnya sesuatu dari (Rahmat) Allah ialah hati yang keras.”
Keenam, makan bersama-sama atau berjama’ah. Nabi Muhammad Saw. seumur hidupnya tidak pernah makan sendirian, Beliau Saw. pasti selalu mencari para sahabatnya. Makanan itu menjadi berkah jika banyak orang yang menyantapnya.
Ja’far Shaddiq bin Muhammad RA berkata, “Apabila kalian sedang duduk bersama saudara-saudara kalian untuk makan, maka berlama-lamalah dalam duduk tersebut, karena sesungguhya waktu kalian tidak akan dipertanyakan bagi kalian dari umur-umur kalian.”
Abdurrahman bin Sakhr RA (w. 59 H) berkata bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, “Siapa orang yang berpegang teguh dengan sunahku (Nabi Muhammad Saw.) ketika umatku dalam kerusakan, maka baginya pahala seratus orang syahid.” (HR. Al-Baihaqi (w. 457 H).
Hadis ini sebagai penyemangat untuk umat ini terus menghidupkan ajaran dan sunah-sunah Rasulullah SAW yang banyak sekali tinggalkan oleh Umat Islam.
Menghidupkan seluruh sunah Rasulullah SAW adalah cita-cita setiap pecinta Nabi Muhammad SAW walaupun dengan berbagai keterbatasan dan kelemahannya. Dengan sunah Nabi Muhammad SAW. seorang manusia dapat menggapai keselamatan dan kenikmatan hidup yang hakiki.
Wallahu A’lam.