Kitab matan Taqrib termasuk kitab wajib dalam kurikulum beberapa pesantren di Indonesia. Hampir tiap pondok pesantren memasukan kitab ini dalam kurikulum pelajaran para santri, selain bahasanya tidak terlalu sulit, materinya pun sudah disajikan secara praktis oleh pengarang kitab ini, yaitu Ahmad bin Husain bin Ahmad al-Asfahani rahimahullah (593 H) yang lebih sering dikenal dengan al-Qodhi Abu Syuja’.
Kitab ini memiliki banyak syarah. Di antara kitab syarahnya adalah Fathul Qorib Al-Mujib karya al-Allamah Ibn al-Qosim al-Ghozi (918H), Kifayatul Akhyar fii Hilli Ghoyatu Al-Ikhtisor karya Abu Bakr bin Muhammad al-Husaini al-Hishni ad-Dimasqi (829H), An-Nihayah fii Syarh al-Ghoyah karya Syaikh Abu Abdillah Muhammad Waliyuddin al-Bashiri (973H), Al-Iqna fii Hilli Alfadzi Abi Syuja’ karya Syaikh Muhammad as-Syirbini al-Khotib, At-Tahdzib fii Adillati Matn Ghoyath at-Taqrib karya Dr. Mushtafa Diib Al-Bugho.
Selain memiliki syarh yang banyak, beberapa kitab syarh itu pun memiliki hasyiyah atau komentar terhadap penjelasannya. Di antaranya, Hasyiah Syeikh Barmawi, Hasyiah As-Syeikh Ibrahim Al-Baijuri, Qutul Habib Al-Ghorib Tawsyih Ala Fathil Qorib Al-Mujib karya Syeikh Nawawi Al-Bantani. Juga matan ini telah dibuat nadzom, salah satunya adalah Nihayah at-Tadhrib fii Nadzmi Ghoyah aAt-Taqrib karya Syaikh Syarofuddin Yahya bin Syeikh Nuruddin.
Selain kitab-kitab di atas, masih ada kitab lain yang berjudul At-Tadzhib Fi Adillati At-Taqrib. Kitab ini termasuk salah satu kitab Syarh dari matan Taqrib, pengarangnya adalah Dr. Mushtafa dari Damaskus. Beliau lahir di sebuah daerah bernama Maidan, di kota Damaskus, pada tahun 1938. Diantara gurunya adalah Syeikh Abdul Fattah Abu Ghuddah. Karya-karya beliau lumayan banyak, termasuk kitab yang ditahqiq olehnya.
Berbicara mengenai era globalisasi, di mana ilmu agama lebih mudah diakses melalui internet, selain dampak positif, beberapa dampak negatif pastinya muncul dan tidak dapat dihindari, seperti ajakan kembali ke al-Quran dan hadis yang dipahami secara zahir tanpa memakai penjelasan yang sudah disusun sedemikian rupa oleh para ulama terdahulu, yang tentunya telah memiliki ilmu yang tidak diragukan lagi, khususnya imam mazhab yang empat.
Jika untuk memahami fikih mazhab syafii secara praktis, sebagaimana yang telah disajikan oleh para ulama Syafiiyah, kitab Matan Taqrib adalah andalan terbaik bagi para pengkaji fikih, namun dalam kitab tersebut belum disajikan dalil-dalil yang berkaitan dengan pembahasannya.
Untuk mempermudah hal tersebut, Dr. Mushthafa Dib al-Bugha menambahkan sebuah syarh dari matan Taqrib, bersarikan dalil-dalil dari al-Quran, hadits, dan beberapa atsar sahabat serta sedikit penjelasan dari matan yang tidak begitu banyak, yang bisa ditemukan dalam
Selain untuk mempermudah, tujuan beliau menyusun kitab ini juga untuk meyakinkan kita yang berpegang pada mazhab Imam Syafi. Kitab ini telah selesai disusun pada Malam Ahad, 12 Muharram 1398 H / 1 Februari 1978 M.
Dari beberapa pemaparan di atas, bagi pengkaji kitab matan Taqrib hendaknya tidak melupakan kitab ini, karena faedahnya sangat banyak, selain dapat memahami penjelasannya, kita juga bisa menghafal dalil-dalil yang berkaitan dengan hukumnya.
Wallahu a’lam.