Banyak orang mengejar dunia. Tetapi banyak pula dari mereka yang tidak menyadarinya bahwa apa yang dikejar terkadang sia-sia. Dunia memang begitu menggoda dan menggiurkan. Kenikmatan, kemewahan dan keindahan membuat manusia ingin mendapatkannya. Apapun akan dilakukannya untuk mencapai semua yang diinginkan. Bahkan ketika semua telah didapatkan, manusia ingin lagi mendapatkan yang lebih dari itu. Begitulah tabiat manusia yang tak pernah puas dengan apa yang saat ini dimilikinya. Selalu saja ingin memiliki yang lebih dari sekadar apa yang telah dimilikinya saat ini.
Dunia memang akan terus menggoda siapa saja yang berada di dalamnya. Dunia menawarkan sejuta kenikmatan yang dapat membuat manusia tergiur akan kelezatannya. Begitulah tipu daya dunia yang fana ini. Keluarga, kekayaan dan popularitas seharusnya kita sadari bahwa semuanya pastilah akan sirna, termasuk juga segala hal yang ada di dalamnya. Harta kekayaan, tak mampu menunda ajal yang datangnya sudah ditetapkan oleh Tuhan. Begitupun juga dengan popularitas dan keluarga. Semua yang dimiliki selama ini tak akan selamanya dapat dimiliki dan dipertahankan.
Pahamilah bahwa dunia ini semakin kita berhasrat mengejarnya, maka akan semakin terlena pula kita dibuatnya. Khawatirlah bila sampai kita tenggelam dalam keindahan dan kenikmatan lautan dunia. Jika diri sudah tenggelam dalam lautan dunia dan seisinya, akan sulit bagi kita kembali ke permukaan. Karena memang dunia diciptakan indah dalam pandangan orang yang menganggap dunia adalah segalanya.
Harta yang kita sombongkan pada akhirnya akan membuat kita lupa. Seperti kisah Qarun, manusia yang paling kaya pada masanya, namun akhirnya terhinakan oleh kekayaannya sendiri. Jabatan yang kita banggakan pada akhirnya membuat kita angkuh dan pongah. Seperti Fir’aun, raja tersohor yang tak segan mengakui dirinya sebagai tuhan. Mengaku bahwa semua penduduk mesir berada dalam genggamannya. Hal itulah yang membuatnya angkuh dan ongah tetapi pada akhirnya pun mati dalam keadaaan hina dan dihinakan dengan jabatan kekuasaannya. Mungkin inilah yang ditakutkan oleh Rasulullah SAW kepada para sahabat-sahabat dan pengikutnya bahwa dunia ini akan menjadi ajang perlombaan bagi setiap orang tak terkecuali umatnya. Hal ini tergambar dalam sebuah kisah yang dikutip dari hadis yang diriwayatkan Imam Bukhari.
Dikisahkan bahwa Rasulullah pernah mengutus Abu Ubaidah bin al-Jarrah ke Bahrain untuk mengambil jizyahnya. Rasulullah membuat perjanjian damai dengan penduduk Bahrain. Beliau mengangkat Al Ala` bin Al Hadhrami sebagai pemimpin mereka. Lalu Abu ‘Ubaidah datang dengan membawa harta dari Bahrain. Kaum Anshar pun mendengar kedatangan Abu ‘Ubaidah lalu mereka salat subuh bersama Rasulullah SAW. Seusai salat beliau beranjak pergi namun mereka menghadang beliau. Rasulullah hanya tersenyum saat melihat mereka dan bersabda,”Aku kira kalian mendengar bahwa Abu ‘Ubaidah datang membawa sesuatu.” Mereka menjawab,”Benar, wahai Rasulullah.” Beliau bersabda,”Bergembiralah dan berharaplah terhadap sesuatu yang dapat memudahkan kalian. Demi Allah, bukan kemiskinan yang kutakutkan pada kalian, tapi aku takut dunia dibentangkan untuk kalian seperti halnya dibentangkan pada orang sebelum kalian, lalu kalian berlomba-lomba meraihnya sebagaimana mereka berlomba-lomba, lalu dunia itu membinasakan kalian seperti halnya mereka dibinasakan oleh dunia.”
Kita harus menyadari bahwa dunia hanyalah perantara kita menuju alam yang telah lama menunggu kita. Apa yang kita lakukan selama di dunia akan menentukan nasib kita di akhirat. Semua akan dipetanggung jawabkan di hadapan Allah SWT. Itulah alam akhirat. Alam yang tak akan pernah dirasakan oleh siapapun yang masih merasakan hidup di dunia.