Seseorang akan kuat dan tabah jika ia terbiasa menghadapi ujian dalam bentuk apapun. Semuanya akan menjadi kenikmatan tersendiri bila dikuatkan dengan ilmu dan mental yang teruji. Seorang yang terjun di masyarakat akan mengetahui berbagai macam karakter dan watak mereka, sehingga ia tampil dengan rasa menghormati walau kadang sering dibikin sakit hati, begitu juga dengan sikap hati-hati yang menjadikan hidupnya semakin berarti.
Abu Al-Lais dalam Tanbih al-Ghafilin mengutip perkataan orang-orang bijak yang menjelaskan bahwa dalam urusan ibadah, manusia dikatakan mencapai derajat istiqamah bila ada dalam dirinya empat tanda, yaitu:
Pertama, ketika orang lain berbuat baik kepadanya, ia tak akan merubah sikapnya, terutama untuk melakukan hal-hal yang terlarang atau menghalalkan segala cara.
Kedua, ketika ia disakiti, bahkan dibully oleh orang lain, ia tak akan melakukan perkataan atau cacian bahkan perbuatan yang tak baik.
Ketiga, mampu mengendalikan hawa nafsunya dengan tak berbuat kemaksiatan kepada Tuhan-Nya.
Keempat, sesibuk apapun dalam urusan dunia tak menjadikannya lupa akan kewajiban dan tugas yang dibebankan kepadanya.
Bila keempat tanda ini ada pada diri seseorang, maka ia termasuk orang yang istiqamah dalam beramal, karena kadangkala manusia semangat beribadah atau beramal bila dilihat oleh manusia, sebaliknya ia akan malas dalam hal apapun bila sedang sendirian. Orang yang istiqamah selalu berusaha menstabilkan diri di segala kondisi apapun dengan tak terburu, dan didasari kematangan dalam bersikap. Semua itu akan mampu terlewati bila ia mengetahui tujuan akhir dari hidupnya, yaitu mulia di dunia dan akhirat