Permusuhan antara manusia dan Iblis sudah terjadi sejak awal penciptaan manusia.
Permusuhan di antara keduanya berawal pada saat Iblis menolak perintah Allah Ta’ala untuk bersujud dalam bentuk penghormatan kepada Nabi Adam As. Sejak saat itulah Iblis mendeklarasikan permusuhannya kepada Adam As. dan seluruh keturunannya.
Iblis memohon kepada Allah agar diberikan penangguhan waktu untuk menggoda anak cucu Adam As. agar terjerumus kepada kesesatan sehingga dapat menemaninya kelak di neraka jahanam.
Berbagai cara telah dilakukan Iblis beserta bala tentaranya untuk menggiring manusia kepada jalan kesesatan yang penuh kehinaan. Tidak henti-hentinya Iblis menggoda manusia dari berbagai jalan agar manusia terjerumus dalam jurang kesesatan dan kehinaan.
Untuk melindungi manusia dari kesesatan dan mengembalikannya kepada jalan yang lurus Allah Ta’ala mengutus para Nabi dan Rasul beserta umatnya yang saleh untuk membimbing manusia agar selalu berada di jalan yang ridai oleh Allah Ta’ala.
Telah banyak nasehat yang disampaikan oleh para Nabi dan Rasul berserta orang-orang saleh mengenai berbagai tipu daya Iblis dan langkah-langkahnya agar terhindar dari tipu daya tersebut. Sebagaimana dikisahkan dalam kitab Ihya’ ‘Ulumuddin karya Imam Abu Hamid Al Ghazalli (w. 505 H) mengenai perjumpaan Nabi Nuh As. dengan Iblis.
Suatu hari ketika Nabi Nuh As. menaiki kapalnya, ia melihat seorang laki-laki tua yang tidak dikenalnya. Lantas, Nabi Nuh As. bertanya kepada lelaki tua tersebut, “Apa yang menyebabkan dirimu masuk kepal ini ?” Lelaki tua itu menjawab, “Aku masuk ke kapal ini agar aku dapat mempengaruhi hati pengikut mu supaya hati mereka bersama ku dan akan tetapi badan mereka bersama engkau.”
Lalu Nabi Nuh As. berkata kepadanya “Keluarlah engkau (dari kapal ini) wahai musuh Allah!” Rupanya, lelaki tua itu adalah Iblis yang mencoba mempengaruhi hati umat Nabi Nuh As. agar ingkar dengan sesuatu yang dirisalahkan kepada Nabi Nuh As.
Iblis itu kemudian berkata, “Ada lima hal yang lazimnya aku gunakan untuk mencelakakan manusia. Aku akan memberitahukan tiga halnya itu dan aku rahasiakan dua hal lainnya.”
Maka Allah berfirman kepada Nabi Nuh As. “Sesungguhnya engkau tidak memerlukan yang tiga hal itu. Perintahlah ia (Iblis) untuk memberitahukan kepada engkau dua hal saja.” Nabi Nuh As. pun memerintahkan Iblis itu agar menyebutkan dua hal saja.
Iblis berkata, “Dengan kedua hal itu aku mencelakakan manusia dan keduanya tidak berdusta. Kedua hal itu ialah hasad dan sifat tamak. Karena sifat hasad, aku dilaknat oleh Allah dan dijadikannya aku setan yang terkutuk. Dan karena sifat tamak, aku memperbolehkan kepada Adam As. seluruh apapun yang ada di surga, lalu aku mendapatkan hal yang aku inginkan darinya (yakni dapat mengeluarkan Adam As. dari surga karena disebabkan Iblis membujuk Adam As. untuk memakan buah Khuld) dan aku pun diusir dari surga.”
Dari kisah di atas dapat kita ambil pelajaran, bahwasanya dua senjata utama Iblis yang digunakan untuk mencelakakan manusia yakni menimbulkan dalam diri manusia sifat hasad (dengki) dan tamak (sarakah).
Sifat hasad merupakan bentuk pengingkaran akan ketentuan dan ketetapan Allah yang telah menetapkan takdir setiap makhluk-Nya. Maka, orang yang memiliki sifat hasad akan bersikap tidak senang atas kenikmatan yang Allah karuniakan kepada seseorang.
Dikatakan menurut sebagai Ulama hikmah, sifat hasad (dengki) merupakan sifat tercela pertama yang ada dalam diri seorang makhluk. Sedangkan sifat tamak merupakan ambisi untuk mendapatkan segala hal yang diinginkannya dengan berbagai cara apapun, ia tidak memperpedulikan apakah dengan caranya tersebut dapat mendatangkan rahmat Allah atau justru mengundang amarah-Nya.
Tamak atau rakus banyak menyebabkan seorang hamba terjerumus kepada hal-hal yang dimurkai oleh Allah Ta’ala. Namrud, Fir’aun, dan Qarun merupakan contoh orang-orang yang tamak, rakus akan kekuasaan maupun rakus akan harta.
Sifat hasad dan tamak merupakan hasil dari tidak bersyukurnya seorang hamba atas nikmat dari Allah Ta’ala.
Manusia yang memiliki sifat hasad dan tamak akan selalu memandang segala nikmat dari Allah terhadap dirinya adalah sesuatu hal yang remeh, sedangkan ia memandang atas karunia dan nikmat dari Allah terhadap orang lain adalah sesuatu hal yang agung.
Semoga Allah memberikan perlindungan-Nya kepada seluruh umat Islam atas godaan Iblis beserta bala tentaranya.
Wallaahu a’lam.