Melanggengkan Kebencian dan Kedengkian adalah Sifat Iblis

Melanggengkan Kebencian dan Kedengkian adalah Sifat Iblis

Jika kita sebagai manusia, masih memupuk kebencian dan kedengkian, apa bedanya dengan Iblis yang memusuhi nenek moyang kita?

Melanggengkan Kebencian dan Kedengkian adalah Sifat Iblis

Hampir lima tahun perseteruan dan kebencian antara cebong-kadrun sepertinya belum ada tanda-tanda berakhir. Justru saat ini dialihkan pada orang dan kelompok yang berbeda. Padahal para calon yang didukung saat ini sudah berfusi dalam satu pemerintahan. Namun para pendukungnya masih tetap saja memupuk kebencian.

Perilaku semacam ini mengingatkan kita pada kisah Iblis yang tidak pernah mau menyadari kesalahannya. Padahal sesungguhnya ia mengerti alasan utama Allah SWT menjebloskannya ke dalam neraka. Apalagi kalau bukan dengki dan merasa lebih baik dari makhluk lain.

Abu Abdullah Muhammad as-Syibli (w. 769 H) dalam karyanya yang berjudul Akam al-Marjan menceritakan kebencian, kedengkian, dan kesombongan Iblis yang ia pupuk sepanjang masa.

Dikisahkan oleh as-Syibli, suatu hari Nabi Nuh didatangi oleh Iblis yang menghendaki pertaubatan kepada Allah SWT. Nampaknya saat itu ia ingin berubah menjadi pribadi yang lebih baik.

“Apa yang harus aku lakukan agar taubatku diterima oleh Allah SWT?” tanya Iblis kepada sang Nabi.

Namun Nabi Nuh tak lantas menyanggupinya. Ia lalu minta waktu kepada Iblis untuk menghadap Tuhan, guna menanyakan cara agar penyesalannya diterima.

“Perintahkan ia sujud ke kuburan Adam,” titah Tuhan kepada Iblis melalui perantara Nabi Nuh.

Nuh pun menyampaikan perintah Tuhan itu kepada Iblis. Namun apa jawaban Iblis. Ia menolaknya mentah-mentah.

“Sewaktu masih hidup saja aku enggan sujud kepada Adam, apalagi setelah kematiannya!” ujar Iblis dengan pongahnya.

Dari kisah Iblis di atas bisa diambil kesimpulan bahwa selama ini Iblis masuk neraka bukan karena ia tidak mengakui Allah sebagai Tuhan, tetapi mendaku sebagai makhluk yang paling mulia di antara yang lain. Sikap ini ia pupuk sepanjang masa dengan kedengkian dan kebencian kepada Nabi Adam. Ia pun sebenarnya ingin bertaubat dan minta ampun kepada Allah, hanya saja jika persyaratannya adalah harus sujud ke kuburan Adam, maka ia lebih memilih masuk neraka selamanya.

Jika kita sebagai manusia, masih memupuk kebencian dan kedengkian, apa bedanya dengan Iblis yang memusuhi nenek moyang kita?

(AN)