Ulang tahun adalah salah satu momentum yang tepat untuk mensyukuri umur yang telah diberikan oleh Allah kepada seluruh hambanya. Maka atas dasar nikmat yang diberikan Allah itu lah manusia harus melakukan hal yang baik dalam rangka mensyukuri nikmat umur yang telah Allah berikan.
Nabi Muhammad telah memmberikan contoh kepada umatnya cara merayakan hari lahirnya. Cara memperingati hari lahir atau biasa disebut hari ulang tahun Nabi adalah dengan cara berpuasa. Dalam sebuah hadis diriwayatkan bahwa Rasulullah ditanya tentang latar belakang dilakukannya puasa hari Senin.
عَنْ أَبِي قَتَادَةَ الْأَنْصَارِيِّ، رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سُئِلَ عَنْ صَوْمِ الِاثْنَيْنِ؟ فَقَالَ: “فِيهِ وُلِدْتُ وَفِيهِ أُنْزِلَ عَلَيَّ
“Dari Abu Qatadah Al-Anshar bahwa Rasulullah SAW ditanya tentang puasa hari Senin. Beliau menjawab, “(Karena) saat itu aku dilahirkan dan saat itu aku dituruni wahyu.” (HR. Muslim).”
Dalam penjelasan lain juga diterangkan bahwa alasan Nabi berpuasa merupakan wujud syukur Nabi untuk kedua nikamat tersebut, yakni nikamat kelahiran dan nikmat diturunkannya wahyu.
Keterangan ini menunjukkan bahwa Nabi dalam memperingati hari lahir adalah dengan cara ibadah, yaitu puasa. Maka seharusnya kita umatnya meneladani contoh yang diberikan oleh Nabi kepada kita semua dengan melakukan amal saleh.
Tidak cukup hanya dengan ibadah vertikal, hubungannya manusia dengan Allah, melainkan perlu juga merayakannya dengan hubungan horisontal, yaitu mengandung hablu minannas, hubungan manusia dengan manusia.
Pentingnya unsur sosial dalam merayakan kelahiran juga dapat diambil dari pelajaran kisah Abu Lahab yakni paman Nabi yang diabadikan dalam sebua surah dalam Al-Quran (al-Lahab). Diceritakan bahwa bahwa Abbas bin Abdul Muthalib pernah bermimpi melihat Abu Lahab dalam keadaan disiksa habis-habisan di neraka.
Abbas pun bertanya kepada Abu Lahab, “Bagaimana kabarmu wahai Abu Lahab?”
Abu Lahab menjawab, “Kabarku sebagaimana yang kau lihat saat ini dihajar habis-habisan kecuali setiap hari Senin, aku diberi minum melalui jari-jariku ini.”
“Kenapa bisa begitu?” tanya Abbas.
“Karena dulu aku pernah memerdekakan budakku yang bernama Tsuwaibah sebab dia memberiku berita gembira bahwa nabi Muhammad dilahirkan,” jawab Abu Lahab.
Dari cerita itu menunjukkan bahwa mensyukuri kelahiran juga seharusanya diwujudkan dalam bentuk sosial. Esensi dari memerdekakan budak adalah memberi kebahagiaan kepada orang lain dengan melepasaknnya dalam belenggu perbudakan kepada tuannya.
Patut kita contoh pula bahwa membahagiakan orang lain dengan jalan bersyukur atas kelahiran juga sangat dianjurkan, seperti halnya yang dilakuakan oleh Abu Lahab. Hal ini bisa melalui tasyakuran kecil-kecilan mengundang kerabat, sahabat, tetangga atau minimal bersedekah sesuai kemampuannya. (AN)
Wallahu a’lam.