Tidak ada kenikmatan kecuali ada orang yang mendengkinya. Begitulah kira-kira konklusi dari mendapatkan suatu anugerah dan nikmat. Pasti ada saja yang tidak menyukainya, ingin merebutnya. Sifat ingin menghilangkan kenikmatan yang ada pada orang lain dinamakan dengan hasud.
Allah Swt berfirman dalam Al-Quran surat Al-Falaq ayat 5:
وَمِنْ شَرِّ حَاسِدٍ اِذَا حَسَدَ
wa min syarri ḥāsidin iżā ḥasad
“dan dari kejahatan orang yang dengki apabila dia dengki.” (QS Al-Falaq:5)
Dari ayat di atas kita dianjurkan berlindung kepada Allah dari kejahatan orang yang mendengki kepada kita. Kalau orang sudah mendengki, barangkali ia berani melakukan tindakkan kriminal kepada kita. Naudzubillah
Selain itu ada beberapa bahaya hasud, di antaranya ia dapat merusak ketaatan, membuka pintu terjadinya maksiat, menghalangi diri dari mendapat syafaat di hari akhir kelak, dapat menyebabkan masuk neraka, melakukan perkara atau aktivitas unfaedah dan melelahkan serta merugikan drinya sendiri, tidak perduli terhadap hukum syariat perintah dan larangan Allah Swt dan menyebabkan ia terhalang dari kesuksesan.
Mengenai dengki, Rasulullah Saw pernah bersabda akan bahayanya sifat ini.
إِيَّاكُمْ وَالْحَسَدَ فَإِنَّ الْحَسَدَ يَأْكُلُ الْحَسَنَاتِ كَمَا تَأْكُلُ النَّارُ الْحَطَبَ أَوْ قَالَ الْعُشْبَ
“Hati-hatilah kalian dari hasad, karena sesungguhnya hasad itu memakan kebaikan sebagaimana api memakan kayu bakar atau semak belukar.” (HR Abu Daud)
Hadis di atas mengindikasikan akan larangan keras sifat hasud, dilihat dari ‘iqab atau balasan orang yang memiliki sifat hasud.
Ada sebuah riwayat yang dinukil dari kitab Tuhfah al-Murîd ‘alâ Jawharah at-Tauhîd, sebuah syarah dari kitab yang sangat masyhur di kalangan santri, dikarang oleh Syaikhul Islam Ibrahim bin Muhammad al-Baijûri.
Pada bab-bab akhir disebutkan tentang sifat hasud, diriwayatkan bahwa suatu hari Iblis pernah berkata kepada Nabi Nuh AS, “Ikutilah lima petuah dariku.”
Nabi Nuh menjawab, “Aku tidak memercayaimu.”
Kemudian Allah Swt mewahyukan kepada nabi Nuh supaya mendengarkan terlebih dahulu apa yang ingin disampaikan oleh Iblis kepadanya.
“Baik, katakanlah.” Kata Nabi Nuh kepada Iblis.
Kemudian Iblis melanjutkan lima perkara tadi, “Pertama, jauhilah olehmu sifat sombong, karena yang menyebabkan aku diusir dari surga adalah kesombongan, kedua, jauhilah sifat dengki, karena Qabil membunuh saudaranya karena dengki, ketiga, jauhilah sifat tamak, karena Nabi Adam tidak diwarisi oleh Allah sesuatu yang mesti diwarisinya (surga) karena sebab tamak, keempat, jauhilah sifat rakus, karena Hawa dikeluarkan dari surga karena kerakusan, dan terakhir, jauhilah sifat Panjang angan-angan, karena rakus dan tamak muncul karena panjangnya angan-angan. (Tuhfah al-Murîd ‘alâ Jawharah at-Tauhîd, Syaikhul Islam Ibrahim bin Muhammad al-Baijûri, cetakan al-Haramain, hal. 130)
Di antara poin yang disebutkan Iblis kepada Nabi Nuh AS supaya dijauhi adalah sifat dengki atau hasud. Lantas, bagaimanakah cara mengatasi sifat dengki?
Imam an-Nawawi dalam kitab at-Tibyân fî Adâb Hamalati al-Qur`ân, memberikan tips untuk menghilangkan rasa dengki.
وَطَرِيْقُهُ فِي نَفْيِ الْحَسَدِ أَنْ يَعْلَمَ أَنَّ حِكْمَةَ اللهِ تَعَالَى اقْتَضَتْ جَعْلَ هَذِهِ الْفَضِيْلَةِ فِي هَذَا، فَيَنْبَغِي أَنْ لَا يَعْتَرضَ عَلَيْهَا وَلَا يَكْرَهَ حِكْمَةً أَرَادَهاَ اللهُ تَعَالَى وَلَمْ يَكْرَهْهَا. وَاللهُ أَعْلَمُ.
“Cara menghilangkan sifat iri yaitu dengan menyadari bahwa hikmah Allah lah yang menghendaki adanya karunia tersebut, maka patutnya ia tidak menyanggah dan membenci hikmah yang telah Allah kehendaki dan tidak Allah benci. Wallahu a’lam” (Imam an-Nawawi, at-Tibyân fî Adâb Hamalati al-Qur`ân, Dar el-Minhaj, halaman 70).
Imam an-Nawawi seolah-olah ingin memberitahu kita bahwa semua anugerah berasal dari Allah Swt, maka tak patut bagi kita membencinya. Bukankah membenci karunia yang diberikan Allah pada orang lain sama saja dengan tidak menerima keputusan Allah.
Kendati demikian, ada hasud dan dengki yang diperbolehkan, dan itu hanya kepada dua orang saja. Sebagaimana hadis Rasulullah yang diriwayatkan oleh sahabat Ibnu Mas’ud RA:
Dari ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ حَسَدَ إِلاَّ فِى اثْنَتَيْنِ رَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ مَالاً فَسُلِّطَ عَلَى هَلَكَتِهِ فِى الْحَقِّ ، وَرَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ الْحِكْمَةَ ، فَهْوَ يَقْضِى بِهَا وَيُعَلِّمُهَا
“Tidak boleh hasad kecuali pada dua orang, yaitu orang yang Allah anugerahkan padanya harta lalu ia infakkan pada jalan kebaikan dan orang yang Allah beri hikmah (karunia ilmu berupa al-Quran dan Hadis), kemudian ia menunaikan dan mengajarkannya.” (HR Bukhori dan Muslim)
Dari penjelasan Imam an-Nawawi diatas, setidaknya kita dapat meraba-raba bagaimana sikap untuk mencegah masuknya sifat dengki ke dalam hati kita. Semoga kita selalu dijaga Allah SWT dari segala penyakit hati yang akan merugikan kita, di dunia maupun di akhirat. Amin