Salah satu tradisi masyarakat Indonesia adalah membaca surat yasin setiap malam Jum’at atau ketika ada orang yang meninggal. Sebagian orang mempermasalahkan tradisi ini, karena dianggap tidak pernah dipraktikkan pada masa Rasul. Padahal, Rasulullah tidak melakukan sebuah amalan, bukan berati hukumnya tidak boleh dilakukan. Sebab ada beberapa amalan yang tidak dilakukan pada masa Rasul, tapi dilakukan sahabat Nabi pasca wafat Rasulullah.
Terkait surat Yasin, mungkin ada yang bertanya, kenapa dibaca surat Yasin, bukan surat lainnya. Pertama, tidak ada larangan bagi kita membaca surat Yasin tiap malam Jum’at, atau pada waktu-waktu tertentu. Membaca surat tertentu, dan tidak membaca surat lainnya, tidak ada larangannnya di dalam Islam.
Dulu ada sahabat Nabi yang setiap shalat membaca surat al-Ikhlas. Sahabat lain protes, kemudian masalah itu diadukan kepada Nabi. Rasulullah tidak mempermasalahkan dan menjanjikan surga untuk sahabat tadi yang suka membaca surat al-Ikhlas.
Kemudian, di sisi lain, Ibnu Katsir dalam Tafsirnya menjelaskan ada beberapa dalil yang bisa digunakan terkait surat Yasin. Misalnya, Abu Hurairah pernah meriwayatkan, Rasulullah bersabda:
إن لكل شيء قلبا وقلب القرآن يس
“Sesungguhnya segala sesuatu itu mempunyai kalbu, dan kalbu al-Qur’an adalah surat yasin.”
Dari riwayat al-Hasan, Rasulullah bersabda:
من قرأ يس في ليلة أصبح مغفورا له
“Barang siapa yang membaca surat yasin di malam harinya, pada keesokan harinya, dia diampuni.
Dari Ma’qal Ibnu Yasar, Rasulullah bersabda:
اقرؤوها على موتاكم يعني يس
“bacakanlah yasin untuk orang-orang yang meninggal di antara kalian.”
Itu beberapa dalil terkait keutamaan surat Yasin. Dalil inilah yang dijadikan para ulama untuk mendukung kebiasaan masyarakat membaca Yasin setiap malam Jum’at atau kalau ada orang yang meninggal. Dengan membaca surat itu diharapkan Allah akan mengampuni dosa orang yang membaca dan meringankan adzab kubur orang yang meninggal