Menjadi seorang hamba yang dicintai Allah SWT adalah dambaan semua muslim. Belajar mendalami ilmu agama, ilmu pendidikan, ilmu sosial, mengerjakan sunnah Nabi SAW dan memperbaiki akhlak. Berbagai usaha kebaikan tersebut dilakukan dengan niat Allah ridha dan menerima amal baik kita. Sehingga menjadi hamba pilihan Allah SWT.
Beberapa Hadis menjelaskan perihal amalan-amalan yang paling dicintai Allah SWT. Namun, perlu kita ketahui satu Hadis ini yang memuat amalan yang paling dicintai oleh Allah SWT. Dari Aisyah, Rasulullah SAW bersabda:
احَبُّ الاعْمَالِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى ادْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ
“Amalan yang paling dicintai Allah SWT adalah amalan yang dikerjakan secara terus-menerus walaupun hanya sedikit” (HR. Muslim)
Misalnya, membiasakan untuk melakukan salat dhuha setiap hari, walaupun hanya dua raka’at. Salat dhuha dapat dilakukan sampai delapan raka’at, namun akan menjadi lebih dicintai oleh Allah SWT jika dilakukan setiap hari walaupun hanya dengan dua raka’at, daripada delapan raka’at salat duha yang dikerjakan dengan tidak dawwam (tidak setiap hari).
Amalan yang sedikit dan dikerjakan secara terus-menerus (istiqomah) akan menjadi amalan rutinitas yang dibiasakan. Bahkan, jika seorang hamba tidak mengerjakan amalan rutinitas tersebut hatinya menolak, gundah dan terasa ada yang kurang. Ilat atau sebab dicintainya amalan sedikit yang dilakukan secara terus-menerus ini adalah dari segi istiqomahnya. Karena jumlah yang sedikit kemudian dikumpulkan setiap hari maka akan menjadi menumpuk. Berbeda halnya dengan jumlah yang banyak namun jarang dikumpulkan.
Jika dilihat berdasarkan macam atau jenis amalan (nau’), maka amalan yang paling dicintai Allah SWT adalah amalan yang wajib daripada yang sunnah. Sedangkan, dalam hal ini dilihat dari aspek sifatnya, karakteristiknya. Dalam suatu riwayat menarasikan kisah Zainab, salah satu istri Nabi SAW, yang memanjangkan tali di antara dua tiang untuk menjadi sandaran saat bangun malam, jika lelah maka tali itu menjadi tempat untuk istirahat bersandar sebentar. Hal tersebut dilakukan supaya selalu terbangun untuk melaksanakan salat malam setiap hari. Kemudian Rasulullah SAW menanggapinya dengan bersabda bahwa amalan yang dilakukan secara terus-menerus dan dibiasakan maka akan lebih dicintai oleh Allah SWT daripada amalan baik yang dilakukan menunggu waktu-waktu tertentu kemudian ditinggalkan dan tidak dilakukan lagi di waktu berikutnya.
Beberapa ulama berpendapat terkait Hadis di atas bahwa seorang hamba yang melakukan suatu amalan, kemudian ia meninggalkan amalan tersebut, artinya tidak dikerjakan lagi maka hal tersebut bagaikan seseorang yang datang hanya untuk pergi. Ulama juga menambahkan bahwa hal semacam itu seperti orang yang hapal al-Qur’an kemudian ia lupa maka baginya peringatan besar. Terlihat sepele, namun memiliki dampak yang besar.
Rasulullah SAW menekankan hal ini dengan bersabda “Wahai manusia, kerjakanlah amalan yang kamu mampu lakukan, karena sesungguhnya Allah SWT tidak akan bosan sampai kamu merasa bosan, dan ketahuilah bahwa amalan yang paling dicintai Allah SWT adalah amalan yang dikerjakan secara dawwam (terus-menerus) walaupun hanya sedikit”. Sayyidah Aisyah juga pernah ditanya oleh sahabat “Apakah Rasulullah SAW memiliki hari-hari tertentu untuk mengerjakan amal salih?” Sayyidah Aisyah menjawab, “Tidak, amalan yang dikerjakan oleh Rasulullah SAW semuanya dikerjakan secara dawwam.
Dalam suatu riwayat diceritakan bahwa keluarga Rasulullah SAW selalu melakukan amalan dan menjadikan amalan tersebut sebagai amalan rutinitas (mendawwamkan amalan). Oleh sebab itu, mari bersama-sama dekatkan hati, diri dan jiwa ini kepada Pemilik alam semesta dengan menta’ati Allah SWT dan meneladani apa yang dikerjakan dan dicontohkan oleh Rasul-Nya.
Mulai untuk mengerjakan amalan baik secara terus-menerus, istiqomah, walaupun hanya sedikit. Seperti menjadwalkan untuk selalu salat malam, witir, dhuha, membaca al-Qur’an, bersedekah, mengerjakan salat sunnah rawatib dengan rutin, setiap harinya. Selain itu, mencoba membiasakan untuk salat tepat waktu dan berpuasa sunnah. Sehingga jiwa kita akan merasa selalu membutuhkan kedekatan dengan Allah SWT dan menjadikan dunia sebagai lahan menanam amal baik sebanyak-banyaknya sebagai bekal perjalanan ke akhirat. Semoga kita termasuk dalam golongan orang-orang yang mendapat rahmat Allah SWT.