Jauh sebelum Eropa dan Barat menemukan momentum kebangkitan—yang masyhur dengan istilah renaisans atau masa pencerahan—, terlebih dahulu Islam, yang di Timur maupun Barat (Spanyol dan Portugal) telah terlebih dahulu menemukan kemajuan.
Terlebih di Spanyol, Dinasti Umayyah II, telah melahirkan peradaban besar. Yang oleh sejarawan disebutkan, bahwa Islam adalah sumber kebangkitan Eropa. Pelbagai kota di Spanyol, mengukir peradaban besar, bukan saja dari kemagahan bangunan, tetapi juga kemajuan ilmu pengetahuan.
Cordoba menjadi salah satu kota yang megah dari segi bangunan dan dijuluki sebagai kota intelektual. Maria Rosa Menocal dalam The Ornament of the World, How Muslim, Jews,and Cristhians Created Culture of Tolerance in Medival Spain menyebutnya dengan istilah sebagai hiasan dunia di Barat (ornament of the wold).
Simak penuturan salah satu Biarawati Hroswita, dari Istana Otto U, yang berasal dari Gandersheim, terkait kemegahan peradaban Cordoba;
“Perhiasan dunia yang cemerlang. Bersinar terang di Barat. Sebuah kota mulia yang baru saja terkenal. Kota ini memiliki pasukan militer yang gagah berani. Ia dibawa oleh penakluk wilayah Hispania. Nama kota itu adalah Cordoba. Kota ini kaya dan masyhur. Memiliki tempat-tempat yang mengangumkan. Di isi oleh segala kemewahan, khususnya diisi tujuh kebijaksanaan (trivium dan quadrium),”
Sebagai dituturkan di atas, Cordoba juga lautan ilmu pengetahuan. Di sana berdiri universitas. Terbuka bagi siapa saja yang ingin mendalami pelbagai ilmu alam; kedokteran, astronomi, fisika, kimia, dan matematika.
Di Cordoba, sebagai kota intelektual dan peradaban dunia muslim di Barat, memiliki perpustakaan nan lengkap. Perpustakaan itu mengoleksi pelbagai buku-buku tentang ilmu-ilmu, bukan saja keislaman tetapi juga ilmu eksak. Dalam catatan, setidaknya Cordoba memiliki lebih dari 70 perpustakaan. Kota yang menjadi landasan modernitas dan kemajuan Eropa medern.
Misalnya saja perpustakaan Khalifah Abdurrahman. Perpustakaan pribadi khalifah itu mengoleksi sekitar 400.000 judul buku. Katalog perpustakaan khalifah itu berjumlah 44 jilid dan katalog itu berisikan informasi tentang segala macam buku yang mencapai sekitar 600.000 judul.
Sebelum Spanyol mengukir peradaban di Barat, terlebih dahulu Islam mengukuhkan peradaban di Timur. Dinasti Abbasiyah dengan kota Bagdad sebagai “kota seribu satu malam”, dengan peradaban bangunan, aksitektur, dan ilmu pengetahuan”.
Salah satu simbol peradaban Islam di Bagdad adalah Baitul Hikmah. Yang dalam pengertiannya adalah Rumah Kebijaksanaan, merupakan pusat penelitian (riset) dan ilmu pengetahuan. Baitul Hikmah didirikan oleh pemerintahan Dinasti Abbasiyah, yaitu Harun Ar- Rasyid (786-809) dan mencapai puncaknya kemajuan di era Al Ma’mun (813-830).
Dari Baitul Hikmah inilah muncul ilmuwan-ilmuwan besar Islam pada era Abbasiyah yang masyhur namanya, seperti Al-Kindi, Al-Farabi, Al-Ghazali, Al-Khawarizmi, dan Al-Battani, dan masih banyak lagi, Para ilmuan inilah yang mengukir peradaban Islam, dan juga menjadi penerang bagi kemajuan dunia modern, khsususnya di Barat.
Ilmuwan Islam yang Jarang Diketahui
Dalam tulisan Anda akan focus dalam ilmuwan Islam yang jarang diketahui atau dikenal masyarakat muslim pada umumnya. Kendati jarang terekpos oleh media dan sejarawan, tetapi perannya sangat vital dalam kemajuan teknologi dan sains.
- Alhazen
Alhazen merupakan ilmuwan muslim yang masyhur di Barat. Alhazen—Ibnu al-Haytham—, merupakan seorang ilmuwan yang berasal dari Basrah. Ia hidup di bawah dinasti Abbasiyah. Kontribusinya pada ilmu pengetahuan modern sangatlah besar. Alhazen merupakan, ilmuwan yang pertama, yang menemukan teori dasar optik fisiologis; prinsip optik mata dan penglihatan.
Nasser Pouyaan, dalam jurnal yang berjudul Alhazen, the Founder of Physiological Optics and Spectacles, memuji kehebatan dan kecerdasar ilmuwan Basrah ini. Berkat teori dari Alhazen, manusia hari ini mengenal kamera obscura. Yang menariknya, teori itu terinspurasi setelah membaca ayat Al-Qur’an tentang kusuf (gerhana).
- Abu Abdullah Muhamad Al-Idrisi
Al- Idrisi, nama populernya, merupakan ahli kartografi dalam Islam. Ia ahli dalam pembuatan peta. Al-Idrisi bisa menggambarkan peta dunia ini dengan detail. Ia mampu menggambarkan dunia pra industry yang membentang dari Samudera Atlantik hingga Pasifik.
Kamampuannya dalam geografi tak perlu diragukan lagi. Dalam buku, Islamic Civilization in Thirty Lives, karya Chase F Robinson, Al Idrisi mampu menyajikan wilayah geografis yang Sebagian besar tidak terbayangkan pembacanya, yang menjungkir balikkan mata angin, dan menelanjangi asumsi umumnya diterima begitu saja oleh manusia modern.
Dalam bidang fisika, Alhazen mengenalkan hukum bias ptolomeus. Ia menganalisa dengan mateng tentang pembiasan cahaya. Hasil risetnya, cukup memberikan sumbangsih di bidang astronomi. Pasalnya, lewat bias ptolomeus, berguna untuk mengamati waktu, mengenal gerak benda angkasa, pun mampu mengenal pelbagai fenomena alam.
- Rashid Al- Din dari Ilkhanat
Rasid al-Din, lahir sekitar tahun 1250 di Kota Hamadan, di Iran Barat. Rashid lahir dari keluarga komunitas Yahudi, dan akademi rabbinik. Para sejarawan berbeda tentang kapan Rashid masuk Islam. Ada yang menyebutnya ia sudah Islam sejak kecil. Namun, ada juga yang menyatakan saat dewasa, Rashid baru memeluk Islam.
Keluarga Rashid al-Din, termasuk keluarga terpandang dan mengagumi ilmu pengetahuan. Ayahnya, adalah seorang apoteker, yang masyhur di Ilkhanat. Dalam jurnal, R. Amiti -Preiss, yang berjudul Ghazan, Islam, and Mongol Tradition; a View From Mamluk Sultanate, menyatakan bahwa Rashid al Din termasuk tokoh intelektual muslim yang masyhur. Ia menyusun pelbagai karya dalam bidang teologi, filasafat, dan kedokteran. Ia kerap dipanggil dengan “dokter”, dikarenakan kemasyhurannya dalam ilmu kedokteran.
- Abu Bakar ar- Razi
Abu Bakar ar Razi , salah satu ilmuwan muslim paling berpengaruh di dunia. Ar Razi lahir sekitar tahun 865 di Rayy—Teheran, saat ini jadi ibu kota Iran. Ia memberikan sumbangsih besar pada dunia dalam bidang bidang sains dan kedokteran. Di Barat ia dikenal dengan Rhazes, pakar kedokteran yang
Dalam bidang kedokteran ia terkenal keseentero negeri. Dalam buku Classical Arabic Philosophy; an Anthology of Sources, Mc Ginnis dan D.C Reisman, menyebut Ar Razi termasuk dokter yang tajam dalam mendiagnosis penyakit. Untuk itu, ia dicari pelbagai orang untuk memakai jasanya, termasuk para pembesar Dinasti Abbasiyah. Simak pengakuan Ar Razy;
“Aku melayani penguasa bukan bukan sebagai orang yang menyandang senjata atau sebagai salah seoarang yang dipercayakan untuk melakukan tugasnya, melainkan sebagai dokter dan orang kepercayaan yang memiliki kebebasan bertindak dalam satu dari dua kasus; baik pada saat sakit, untuk menyembuhkannya dan memperbaiki tubuhnya,”
Pandangan Ar-Razi tentang kedokteran berdasarkan pada penguasaannya atas banyak ilmu pengetahuan, baik berbahasa Yunani, Sanskerta, dan Suryani, dan tentu saja bahasa Arab. Chase Robinson, menyatakan pengetahuan Ar Razi dalam bidang kedokteran melahirkan pelbagai kitab, khususnya dalam bidang kedokteran.
Antara lain karya Abu Bakar Ar Razi; al Shuluk ala Jalinus, Tibb bal Fuqara wal Masakin, Man la Yahduruhu al Tibb, Kitab al Mansuri fi al Tibb. Ada juga salah satu magnum opusnya dalam kedokteran adalah al Hawi fi Tibb, ensiklopedia medis yang telah diterjemahkan ke dalam pelbagai dalam bahasa di Amerika dan Barat. Buku ini juga telah lama jadi rujukan universitas terbaik di kampus-kampus Eropa.
Dalam pelbagai karyanya, sebagai dokter dan ilmuwan muslim ia banyak menulis persoalan medis, terutama tentang penyakit dalam pasien, pembedahan tubuh, serta oftalmologi. Dalam sejarah, tercatat ar Razi, merupakan dokter pertama yang menggunakan opium sebagai anestesi dan juga memakai alkohol medis sebagai antiseptik.
- Lubna dari Cordoba
Lubna merupakan seorang muslimah yang berpengaruh di dunia. Namun, namanya terbilang jarang dikenal. Kisah hidupnya penuh inspirasi. Berawal dari seorang budak, kemudian menjadi pejuang literasi di Cordoba. Mengurus sekitar 500 ribu buku perpustakaan milik Khalifah Abdurrahman III.
Selain itu, Lubna al-Qurthuba juga seorang penulis, sekaligus penerjemah. Yang lebih dahsyat, ia ditugaskan oleh Khalifah untuk menyalin pelbagai teks termasuk Euclid dan Archimedes.
Pada sisi lain, pernah budak di masa lalunya, ia menjelma menjadi seorang yang berpengaruh, memiliki jabatan mentereng di bawah dinasti Umayyah II. Lubna menjadi sekretaris resmi khalifah Abdurrahman III.
Lubna dari Cordoba juga termasuk salah satu ahli dalam bidang matematika. Ia masuk dalam ilmuwan yang menguasai ilmu berhitung. Itu tentu tidak mengherankan, pasalnya ia bergelut dengan pelbagai kitab-kitab dari lintas peradaban, terlebih Yunani.
Seorang Andalusia, Ibn Basykuwal, dalam kitab, Kitab al-Sila (Kairo, 2008), Vol. 2: 324 menerangkan sosok Lubna, ia menulis;
“Dia unggul dalam menulis, tata bahasa, dan puisi. Pengetahuannya tentang matematika juga sangat luas dan dia juga mahir dalam ilmu lainnya. Tidak ada orang di istana Umayyah yang mulia seperti dia.”
- Al-Jazari
Nama Ismail Al-Jazari, tergolong ilmuwan muslim yang mengagumkan. Ia salah satu mekanik yang handal yang hidup sekitar abad ke-12. Bagaimana tidak? Al Jazari merupakan Bapak Robotika dunia. Sebelum Jepang dan negera-negara lain menemukan robot, tokoh muslim ini terlebih dahulu menciptakan robot.
Dalam catatan, selama hidupnya, Ismail al-Jazari berhasil menciptakan 174 gambar perangkat mekanik. Lebih dahsyat lagi, sekitar 80 rancangan telah ada tata cara pembuatan gambar itu.
Tak hanya robot, Ehsan Masood, dalam buku Sciene and Islam: A History, menerangkan bahwa Ismail Al-Jazari juga telah menemukan pompa air. (2008, hlm. 163), menyebut jam tersebut sebagai salah satu alat bikinan cendekiawan muslim yang luar biasa.
Mesin pengangkut kayu itu dinamakan dengan saqiya. Pompa air tersebut, sangat berpengaruh bagi kehidupan di kawasan Timur Tengah. Dalam artikel Biografi Ismail Al-Jazari, Sejarah Hidup Bapak Robotika Penemu Jam, Saqiya merupakan mesin pengangkut air yang memaksimalkan pengangkutan air dari sumur bawah tanah.
Konon, Al Jaziri, dalam pembuatan saqiya terinpirasi dari alat sedot ala Bizantium. Pada era Romawi dulu, alat sedot tersebut diperuntukkan menjaga api agar selalu menyala. Untuk memaksimalkan saqiya menggunakan katup dan mekanisme penghubung engkol. Al Jaziri menciptakan pompa isap dengan piston kembar yang bisa bergerak maju-mundur terus-menerus.