Dalam kajian bersama Habib Umar, seorang pemuda bertanya, “Saya baru memulai taubat, tapi masalahnya saya banyak disajikan dengan pengajian yang menjelek-jelakan satu sama lain di antara mereka. Ketika saya buka media sosial, banyak pula konten yang saling menjelekkan. Saya ingin masuk surga, tapi bingung caranya bagaimana?”
Habib umar bin Hafidz menjelaskan, kamu berpikir seperti itu adalah sebuah kiriman dari Allah SWT. Kiriman itu dapat ditamsilkan seperti cahaya dari Allah yang membuat kamu tertarik kepada-Nya. Karena itu kiriman dari Allah, jangan sampai kondisi seperti itu, maksudnya ketika dihadapi dengan pengajian dan konten yang saling menjelekkan, membuat kamu mundur dan telat bertaubat kepada Allah SWT. Teruslah berjalan untuk semakin dekat dengan Allah SWT.
Saat dihadapkan pada kondisi tersebut, ada dua pilihan yang bisa dilakukan. Pertama, membalas orang yang menjelakkan dengan ucapan yang sama seperti yang mereka katakana. Pilihan kedua, sabar sembari mengharap pahala dari Allah SWT, dan menghindar dari omongan atau orang yang menjelek-jelekan.
Jika bertemu dengan orang yang mencaci-maki, kembalilah kepada Allah SWT, dan bayangkan kondisi Nabi Muhammad dilempari batu dan diganggu ketika pulang dari Thaif. Tubuh Rasulullah berdarah dan babak belur, tapi beliau malah berkata, “Ya Allah, asalkan Engkau tidak murka kepadaku. Aku tidak peduli dengan gangguan mereka.”
Ambillah hikmah dalam hadis Nabi Muhammad SAW, di mana Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya Allah sangat gembira dengan taubatnya seorang muslim. Bahkan kegembiraan-Nya melebihi gembira orang yang mandul kemudian bisa melahirkan, orang tersesat dan akhirnya menemukan jalan pulang, dan orang yang kehabisan bekal di padang pasir dan kemudian menemukan bekal untuk bertahan hidup.”
Pada hakikatnya, Allah tidak perlu taubat kita. Namun Allah gembira dan ridha ketika ada hamba-Nya yang bertaubat. Padahal sebenarnya, yang paling diuntungkan ketika taubat adalah diri kita sendiri, bukan Allah SWT.