Nama lengkapnya adalah Abu Bakr Muhammad bin Sirin al-Bashri. Seorang tabiin awal yang sekaligus dikenal sebagai salah seorang mufassir, ahli hadis, ahli fikih, dan juga terkenal sebagai seorang ulama yang ahli dalam menafsirkan mimpi.
Ia dilahirkan pada tahun 32 H atau bertepatan dengan tahun 653 M di masa khalifah Uthman bin Affan. Ibnu Sirin kemudian pindah dan menetap di Baghdad Irak. Ayahnya, Sirin, adalah seorang budak dari sahabat Anas bin Malik. Sementara ibundanya yang bernama Shafiyyah adalah seorang budak perempuan Abu Bakar as-Shiddiq yang kemudian dimerdekakan. Dari sini dapat dipahami bahwa Ibnu Sirin lahir dari kedua orang tua yang sebelumnya budak dari sahabat Anas bin Malik dan Sayyidina Abu Bakar as-Shiddiq.
Sumber rujukan biografinya bisa dilihat dalam sejumlah karya at-Thabaqat Ibn Sa’d, al-Muhabbar Muhammad bin Habib, al-Ma’arif Ibn Qutaibah, al-Jarh wa at-Ta’dil Ibn Abi Hatim, al-Fihrisat Ibn Nadhim, Hilyatul Awliya’ Abu Nua’im al-Isfihani, Thabaqat al-Fuqaha’ as-Syirazi, Tarikh Baghdad Khatib al-Baghdadi, Tadzkiratul Huffadz Imam Adz-Dzahabi, al-Wafi bi al-Wafayat As-Shafadi, Tahdzib at-Tahdzib Ibn Hajar, Mir’at al-Jinan Imam Yafii, Syadzarat ad-Dzahab Ibnu ‘Imad, al-A’lam Az-Zirkili, Mu’jam al-Muallifin al-Kuhalah. Biografi tabiin yang dikenal luas sebagai penafsir mimpi ini juga diulas oleh Ibn Khaldun. Bahkan al-Madaini khusus menuliskan kitab berjudul “Akhar Ibn Sirin”.
Sebagai salah satu generasi tabiin awal, Ibnu Sirin memperoleh keuntungan untuk belajar langsung kepada pembesar-pembesar Sahabat Nabi. Ia belajar kepada Zaid bin Tsabit, Imran bin Hishshin, Anas bin Malik, Abu Hurairah, Abdullah bin Zubair, Abdullah bin Umar, dan sahabat-sahabat Nabi lainnya. Tempaan langsung dari para sahabat-sahabat Nabi ini membentuk keilmuan dan kealiman Ibnu Sirin dalam berbagai disiplin ilmu.
Sementara murid-muridnya Ibnu Sirin di antaranya adalah Qatadah bin Du’amah, Yunus bin Ubaid, Ibn Awn, Khalid al-Khaza, Hisyam bin Hisan, Auf al-A’rabi, dan lain sebagainya.
Ia merupakan seorang pedagang yang jujur dan saleh. Sekembalinya dari jualan di pasar Ibnu Sirin di setiap malamnya melakukan qiyamullail dan membaca al-Quran. Contoh kewiraiannya adalah saat ia membeli minyak kepada seseorang penjual dimana ia mendapati seekor bangkai tikus dalam wadah minyak yang dibelinya dari seorang pedagang. Lalu ia berkata, “Minyak yang aku beli dalam wadah ini ada bangkai tikusnya. Dan itu membuat minyak ini najis. Andaikan aku kembalikan lagi kepada penjualnya, aku khawatir ia akan menjualnya kepada orang lain. Maka aku putuskan untuk membuang minyak ini.”
Ibnu Sirin dan Karya-Karyanya
- Muntakhab al-Kalam fi Tafsir al-Ahlam
- Ta’bir ar-Ru’ya
- Kitab al-Lu’luah fi Ta’bir al-Manam
- Tasmiyatul Abir fi Ilm at-Ta’bir
Ibnu Sirin selain seorang ahli fikih dan dianggap sebagai ahli zuhud generasi tabiin ini memang dikenal dengan kepakarannya ihwal tafsir mimpi. Hanya saja, kata Fuat Sezgin, meski banyak penisbatan kitab tafsir mimpi kepadanya sebagai seorang muallif atas kitab tersebut, saya belum mendapatkan kepastian akan kesahihan penisbatan tersebut. Meski demikian, al-Jahidz dalam al-Hayawan dan Ibnu Qutaibah dalam al-Mukhtalif menempatkan Ibnu Sirin sebagai seorang ulama yang memiliki pendapat ihwal tafsir mimpi.