Main hakim sendiri seakan sudah dianggap normal oleh masyarakat kita. Pelakunya bukan cuma rakyat biasa, tapi sering justeru aparat yang berwenang. Paling tidak penghakiman dilakukan di depan aparat.
Sampai-sampai majalah Tempo, jauh sebelum diberendel, pernah “menghitamkan” beberapa halamannya sebagai tanda prihatin. Para pembaca Tempo tentu kaget dan heran. Bermacam dugaan pun segera muncul. Gus Dur termasuk yang heran dan menduga-duga.
“Mengapakah Tempo dibuat hitam seperti itu?” tanya Gus Dur dalam kuis imajinernya.
“Karena reportase soal tukang santet dan bromocorah Jember.”
“Siapakah yang memerintahkan penghitaman itu?”
“Tukang santet dan bromocoroh Jakarta.”