Setelah memberikan bantuan buat perbaikan pesantren, seorang bupati diundang untuk meresmikan hasil perbaikan oleh seorang Ulama/kiai. Sejumlah undangan lain pun hadir. Acara menyambut kedatangan bupati pun dipersiapkan dengan matang. Giliran acara dimulai, pembawa acara mempersilakan pak kiai memberi sambutan.
“Kami juga sudah membangun beberapa kamar mandi dan saudara-saudaranya,” begitu antara lain kata Pak Kiai.
Kamar mandi dan saudaranya? Apa pula maksudnya itu? Pak Bupati dan orang-orang pun kebingungan, tapi tetap berusaha menganggukkan kepala.
Usai acara resmi, Gus Dur bertanya, apa yang dimaksud Pak Kiai tadi dengan ‘saudara-saudaranya itu?
“Tadi kan saya harus bicara di depan orang banyak, ada Pak Bupati lagi,” jawab Pak Kiai,”rasanya kurang pantas menyebut kata WC.”
Kini, Gus Dur yang berusaha menganggukkan kepala.