Suatu hari, Gus Dur bercerita bahwa ada seorang anggota ABRI berpangkat kopral berpakaian preman tengah berjalan sendirian di jalan gelap dan sepi.
Tiba-tiba ia dicegatoleh dua orang pria berpistol, “saya tidak main-main, ” kata salah satu pria sambil mengancam. “Serahkan uangmu atau otakmu dibuat berhamburan.”
“Tembak saja dan buat otak saya berhamburan,” sambut si kopral tenang.
“Sebagai anggota ABRI, saya tidak memerlukan otak; saya lebih butuh uang untuk hidup.”