Ini cerita tentang Rasulullah dan orang-orang Yahudi yang saat itu membenci muslim, terutama Rasulullah Saw. namun karena mereka bukan termasuk orang-orang pandai bertempur dan mengangkat senjata, mereka lebih suka melampiaskan kebencian dan kedengkian mereka dengan cara berkhianat dan bersekongkol untuk menghancurkan kaum Muslimin.
Setelah Perang Bani Qainuqa dengan terbunuhnya Ka’ab bin Al-Asyraf dan pengusiran Yahudi Bani Qainuqa dari Madinah, orang-orang Yahudi terdiam ketakutan. Namun setelah Perang Uhud, mereka menampakkan kebencian dan kedengkian secara terbuka. Mereka bersekongkol dengan orang-orang munafik dan kaum musyrikin yang membenci Islam.
Lebih dari 70 keluarga Syuhada Uhud masih menangisi kepergian anggota keluarganya.
Khamar adalah minuman yang diharamkan. Yang termasuk Khamar adalah minuman keras, minuman yang memabukkan, minuman yang membahayakan yang dibuat dari semacam buah-buahan dan lain-lain.
Untuk menghibur hati para sahabat dan keluarganya yang ditinggalkan para syuhada, Rasulullah Saw selalu menegaskan bahwa mereka memiliki masa depan gemilang. Mereka harus yakin bahwa kebenaran yang mereka perjuangkan akan menang. Kaum muslimin harus kembali giat bekerja. Benih-benih di ladang sudah menunggu untuk ditanam dan kemudian dituai.
Kaum muslimin yang masih hidup semestinya menjadi pelipur lara. Anak-anak juga ada yang kehilangan ayah mereka. Maka dari itu Rasulullah Saw sangat menganjurkan, agar para sahabatnya senantiasa menolong orang lain karena sesungguhnya orang yang bisa menolong nasib para janda dan orang-orang miskin laksana orang yang berjuang di jalan Allah atau seperti orang yang mengerjakan shalat pada malam hari dan shaum pada siang hari.
Rasulullah Saw berhasil menemukan para sahabat yang bersedia menikahi para janda syuhada, tetapi ada juga janda yang dengan tegas menyatakan bahwa ia tidak ingin menikah lagi.
Salah satu dari janda itu adalah Hindun bin Umayyah istri almarhum Abu Salamah. Usianya baru 30 tahun, cerdas, anggun, dan bijaksana. Rasulullah Saw sudah berusaha agar Ummu Salamah, demikian ia dipanggil, mau menerima lamaran para sahabat terkemuka, baik dari Anshar maupun Muhajirin, bahkan Umar Bin Khatthab dan Abu Bakar As Siddiq pun mengajukan lamaran. Namun semua itu ditolak oleh Ummu Salamah.
Siapakah orang yang lebih baik dari Abu Salamah, demikian selalu yang ia katakan. Rasulullah Saw tahu bahwa sebetulnya Ummu Salamah dan anaknya sangat memerlukan perlindungan seorang laki-laki, hanya saja Ummu Salamah sulit melepaskan diri dari bayang-bayang Abu Salamah yang sangat dia cintai.
Karena tidak ada jalan lain Rasulullah Saw pun mengajukan diri untuk menjadi suami Ummu Salamah. Awalnya Ummu Salamah menolak, alasannya dirinya sudah tua dan pencemburu, namun Rasulullah Saw mengatakan bahwa beliau bahkan sudah berusia dua kali lipat dari Ummu Salamah. Rasulullah Saw juga mendoakan agar Allah menghilangkan sifat pencemburu dari hati Ummu Salamah.
Akhirnya Ummu Salamah pun bersedia menjadi istri Rasulullah ﷺ. Menjadi Ibu bagi seluruh kaum Mu’minin.
Demikianlah dengan terjun memberi contoh akhirnya Rasulullah Saw membuat banyak janda miskin dan anak yatim tertolong dan terlindungi masa depannya.
Kisah ini terdapat dalam kitab As-Sirah An-Nabawiyah li lbni Hisyam karya Syekh Abu Muhammad Abdul Malik bin Hisyam Al-Muafiri terbitan Darul Fikr.