Sebagai umat Muslim, kita tidak hanya diperintah untuk melaksanakan kewajiban, namun juga diperintah untuk menjauhi larangan, perbuatan dan sifat yang menimbulkan kerusakan bagi kehidupan inidividu dan masyarakat. Keislaman kita dinilai tidak sempurna jika dalam melaksanakan perintah Allah dan Nabi SAW masih senantiasa disertai perbuatan dan sifat yang menimbulkan kerusakan bagi diri sendiri dan orang lain.
Pada dasarnya, banyak ragam perbuatan dan sifat yang menimbulkan kerusakan. Dari sekian banyak perbuatan dan sifat tersebut, ada tiga perbuatan dan sifat yang menjadi pangkal utama. Hal ini sebagaiman disebutkan dalam hadis riwayat Imam Thabrani dari Abdullah bin Umar, dia berkata bahwa Nabi SAW bersabda;
وأمَّا المُهْلِكاتُ فشحٌّ مطاعٌ وَهَوًى متَّبعٌ وإعجابُ المرءِ بنفسِهِ
“Adapun pangkal kerusakan adalah sifat kikir yang ditaati (dibiarkan), keinginan hawa nafsu yang diikuti dan seseorang ujub atau mengagumi dirinya sendiri.”
Pertama, sifat kikir merupakan salah satu pangkal dan sumber kerusakan. Ketika sifat kikir menguasai hati dan pikiran seseorang, maka sifat kikir tersebut akan menjadi sumber kerusakan bagi dirinya sendiri dan orang lain. Bahkan ada tiga bahaya dan kerusakan besar yang timbul dari sifat kikir, yaitu kezaliman, terputusnya silaturahim dan merajalelanya kejahatan. Nabi SAW bersabda;
إِيَّاكُمْ وَالشُّحَّ، فَإِنَّهُ أَهْلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ، أَمَرَهُمْ بِالظُّلْمِ فَظَلَمُوا، وَأَمَرَهُمْ بِالْقَطِيعَةِ فَقَطَعُوا، وَأَمَرَهُمْ بِالْفُجُورِ فَفَجَرُو
“Jauhkanlah diri kalian dari sifat kikir, karena sesungguhnya kikir itu talah menghancurkan umat-umat sebelum kalian. Kikir mendorong mereka berbuat zalim, lalu zalimlah mereka. Mendorong mereka memutuskan silaturrahim, lalu mereka pun memutuskannya. Mendorong mereka untuk berbuat jahat, lalu berbuat jahatlah mereka.”
Kedua, keinginan nafsu yang senantiasa diikuti. Ketika seseorang senantiasa mengikuti keinginan nafsunya, maka dia akan terjerumus pada perbuatan yang mengakibatkan kerusakan bagi dirinya sendiri dan kesesatan bagi orang lain. Karena itu, Allah banyak memberi peringatan di dalam Al-Quran, termasuk kepada Nabi Daud, agar tidak mengikuti keinginan nafsu. Dalam surah Shad ayat 38, Allah berfirman;
يَا دَاوُودُ إِنَّا جَعَلْنَاكَ خَلِيفَةً فِي الْأَرْضِ فَاحْكُمْ بَيْنَ النَّاسِ بِالْحَقِّ وَلَا تَتَّبِعِ الْهَوَىٰ فَيُضِلَّكَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ
“Wahai Daud, sesungguhnya kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah.”
Ketiga, selalu membanggakan dan mengagumi diri sendiri. Mengagumi diri sendiri termasuk musibah dan pangkal kerusakan. Hal ini karena jika seseorang bangga akan kemampuan dirinya sendiri, maka dia cenderang tidak menerima kelebihan dan keistimewaan yang dimiliki orang lain. Dia akan menganggap dirinya lebih baik dari orang lain sehingga dia tidak bisa menerima nasehat, saran, kritik dari orang lain. Akibatnya, dia akan terjerumus dalam kesesatan yang membinasakan dan merusak dirinya sendiri, bahkan juga orang lain.