Mungkin banyak orang mengira membeli baju baru lebaran hanya tradisi orang Indonesia, tapi ternyata mengenakan pakaian anyar saat Idul Fitri maupun Idul Adha sudah ada praktiknya sejak masa Rasulullah SAW.
Kisahnya terekam dalam hadis sahih riwayat Imam al-Bukhari :
أَنَّ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عُمَرَ، قَالَ: أَخَذَ عُمَرُ جُبَّةً مِنْ إِسْتَبْرَقٍ تُبَاعُ فِي السُّوقِ، فَأَخَذَهَا، فَأَتَى بِهَا رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، ابْتَعْ هَذِهِ تَجَمَّلْ بِهَا لِلْعِيدِ وَالوُفُودِ، فَقَالَ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «إِنَّمَا هَذِهِ لِبَاسُ مَنْ لاَ خَلاَقَ لَهُ
Sungguh Abdullah bin Umar, ia berkata : “Umar mengambil sebuah jubah sutra yang dijual di pasar, ia mengambilnya dan membawanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam dan berkata : “Wahai Rasulullah, belilah jubah ini serta berhiaslah dengan jubah ini di hari raya dan penyambutan. Rasulullah berkata kepada Umar: “sesungguhnya jubah ini adalah pakaian orang yang tidak mendapat bagian”. (HR. Al Bukhari).
Hadis di atas oleh Imam al-Bukhari diletakkan pada bab Hari Raya dengan judul Berhias di Hari Raya. Terlihat jelas saat itu sahabat Umar sengaja membelikan Nabi SAW baju baru berbahan sutera di pasar agar dikenakan Nabi di hari raya. Nabi SAW menolak pemberian Umar tersebut karena memang saat itu dalam Islam sudah ada larangan pria muslim mengenakan pakaian berbahan sutera. Kendati demikian, Rasul tidak melarang umat muslim sengaja membeli baju baru saat lebaran.
Menurut Kiai Ali Mustafa Yaqub, salah satu ahli hadis Indonesia, hadis di atas menunjukkan bahwa mengenakan baju baru saat hari raya, sudah biasa dilakukan sejak zaman Nabi dan sahabatnya, maka dari itu dengan niat yang tulus untuk memuliakan hari raya Idul Fitri, memakai baju baru saat lebaran bukan sekadar budaya atau tradisi, melainkan juga sunnah, dan kita akan mendapat pahala darinya.
Hikmah di balik baju baru lebaran
Bagi Kiai Ali, tujuan berpuasa di bulan Ramadhan adalah agar kita senantiasa bertakwa kepada Allah SWT kapan pun dan di mana pun. Allah berfirman:
وَلِبَاسُ التَّقْوَىٰ ذَٰلِكَ خَيْرٌ
Dan pakaian takwa itulah yang paling baik. (al-A’raf [7]: 26)
Ayat di atas mengisyaratkan takwa itu bak pakaian yang harus dikenakan di mana saja dan kapan saja. Karenanya, orang yang baru saja berlebaran bukan berarti melepas ketakwaan begitu saja setelah bulan Ramadhan berlalu.
Mengapa harus baju baru lebaran? Baju baru biasanya identik sebagai baju yang masih bersih tanpa noda setitik pun. Ini melambangkan bahwa orang yang telah berhasil melewati Ramadhan dengan ketakwaan adalah orang yang bersih dari noda dan dosa.
Namun perlu diingat, kita juga tidak dibenarkan memaksakan diri membeli baju baru saat lebaran, dalam hadis lain riwayat Imam Muslim Nabi saw, bersabda :
إنَّ اللَّهَ لَا يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ وَلَكِـنْ يَنْظُرُ إِلَى قُــــلُوبِكُمْ وَأَعْمَــالِكُمْ
“Sungguh Allah tidak melihat rupa dan harta kalian, melainkan melihat hati dan amal kalian.” (HR. Muslim).
Ingat juga salah satu pepatah lama berikut ini :
لَيْسَ الْعَيْدُ لِمَنْ لَبِسَ الْجَدِيْدَ إِنَّمَا الْعَيْدُ لِمَنْ خَافَ يَوْمَ الْوَعِيْدِ
“Hari raya bukan ajang fashion week, bagi orang yang pakaiannya baru. Melainkan hari bagi orang yang takut akan hari akhir yang sudah menunggu.” (AN)
Wallau a’lam.