Hikmah dan Keistimewaan Bulan Ramadhan (Bag-1)

Hikmah dan Keistimewaan Bulan Ramadhan (Bag-1)

Hikmah dan Keistimewaan Bulan Ramadhan (Bag-1)

Di antara bulan-bulan yang telah Allah tetapkan, ada beberapa di antaranya yang Allah istimewakan, salah satu bulan-bulan yang Allah istimewakan tersebut adalah Ramadhan. Sebagai seorang muslim, kita tentu mendambakan kehadiran bulan yang mulia ini, bulan di mana Allah menurunkan rahmat-Nya pada sepuluh hari pertama, membuka pintu-pintu maghfirah-Nya pada sepuluh hari ke dua, dan menjanjikan It’qun Min al-Naar (pembebasan dari siksa api neraka) bagi hamba-hamba yang dikehendaki-Nya pada sepuluh hari ke tiga. Dalam hal ini Rasulullah s.a.w. mempertegas dalam suatu Hadits Marfu’:

“Dari Abu Hurairah r.a., ia berkata: Sesungguhnya Rasulullah s.a.w. bersabda: “Sesungguhnya awal bulan Ramadhan itu rahmat, di pertengahannya maghfirah, dan yang terakhir adalah pembebasan dari api neraka”. (HR. Ibnu Khuzaimah, 1887).

Begitu mulianya bulan Ramadhan, banyak sekali keistimewan-keistimewaan yang Allah berikan kepadanya, di antara keistimewaan-keistemewaan tersebut adalah (1) kaum muslimin berhasil memperoleh kemenangan yang gilang-gemilang dalam perang badar, (2) Allah s.w.t. menurunkan ayat pertama sebagai penanda diutusnya Nabi Muhammad s.a.w. sebagai seorang Nabi dan Rasul untuk alam semesta, (3) terbukanya kota Makkah di tangan kaum muslimin, (4) dikhususkannya malam Lailatul Qadar bagi kaum muslimin, yaitu malam yang lebih baik dari pada seribu bulan, dan (5) diwajibkannya kaum muslimin berpuasa selama sebulan penuh.

Di samping beberapa keistimewaan yang telah penulis sebut di atas, ada keistimewaan lain yang Allah berikan secara khusus untuk umat Nabi Muhammad s.a.w. pada bulan Ramadhan, sebagaimana termaktub dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam al-Baihaqi dalam Fadhail al-Auqat:

 “Telah diberikan kepada umatku di Bulan Ramadhan, lima hal yang belum pernah diberikan kepada seorang Nabi pun sebelumku, yaitu: (1) Pada awal bulan Ramadhan, Allah melihat umatku, siapa yang dilihat oleh Allah, maka ia tidak akan disiksa untuk selama-lamanya. (2) Aroma mulut orang yang berpuasa di sisi Allah lebih baik dari aroma misik. (3) Para malaikat memohon ampunan untuk umatku siang dan malam. (4) Allah s.w.t. memerintahkan penjaga surga-Nya: “Bersiap-siap dan berhiaslah kamu untuk hamba-hamba-Ku, mereka akan beristirahat dari kesulitan hidup di dunia menuju ke tempat-Ku dan kemuliaan-Ku”, dan (5) pada akhir malam bulan Ramadhan Allah mengampuni dosa-dosa mereka seluruhnya”.

Seorang sahabat bertanya: “Apakah malam itu malam Lailatul Qadar wahai Rasulullah?”. Nabi menjawab: “Tidak, apakah kamu mengetahui para pekerja, apabila mereka menyelesaikan pekerjaannya, niscaya akan dibayar upahnya”. (HR. Baihaqi, No. 38).

Menurut bahasa, kata Ramadhan berasal dari bahasa Arab “Ramidha-Yarmadhu” yang berarti telah panas lambung seseorang karena saking hausnya. Oleh karena itu dikatakan Ramadhan karena pada saat itu orang-orang yang berpuasa merasakan haus dan lapar yang amat sangat seolah-olah lambungnya terbakar. Pada bulan Ramadhan, puasa merupakan ibadah yang menjadi starting point, oleh sebab itu Ramadhan seringkali disebut bulan puasa. Puasa sendiri menurut pengertiannya secara bahasa berasal dari bahasa arab “al-Shaum” atau “al-Shiyam”.

Dalam kajian fiqih, makna Shaum atau Shiyam adalah al-Imsaaku an al-Syai atau mencegah dan menahan diri dari segala sesuatu. Kata al-Imsaaku atau mencegah diri pada pengertian etimologis di atas bersifat umum, artinya pada saat seseorang berpuasa, diwajibkan atas dirinya menahan diri dari segala hal yang membatalkan puasa tersebut, baik makan, minum, bersetubuh dan lain sebagainya. [bersambung]

Mohammad Khoiron, penulis adalah pengakaji islamic studies. Bsia ditemui di @MohKhoiron