Semenjak kelahiran teknologi dan dengan penggunaannya secara masif, menjadikan manusia semakin mudah untuk melakukan komunikasi dengan siapa saja. Apalagi sekarang revolusi industri 4.0 semakin menggeliat menunjukkan taringnya. Kemunculan industri kecil Islami mewarnai sekaligus menyambut geliat perkembangan teknologi informasi yang tidak ada duanya. Teknologi yang memiliki daya tarik kuat, dan mempermudah penyebaran informasi selalu mengenalkan tren setiap hari.
Berbicara tentang tren atau gaya hidup tentu saja mengenai gaya hidup generasi muslim ini mengarah pada beberapa bidang seperti tren bermusik, makanan halal, fashion, pariwisata dan hingga kesehatan kecantikan. Beberapa hal ini menjadi perhatian besar terhadap kemunculan beberapa industri kecil yang berkembang untuk menarik perhatian pelaku bisnis dan konsumen.
Konsumsi kelas menengah terhadap produk Islami bahkan bisa dikatakan meningkat pesat di berbagai penjuru dunia. Komunitas Islam yang benyak mengayomi warga-warga muslim dibelahan dunia pun sekarang sudah tidak kesulitan dalam menemukan produk-produk Islami. Bisa dikatakan sekarang muslim kelas menengah dan bagian dari komunitas muslim di berbagai belahan dunia sedang membangun relasi dan identitas sebagai kelas menengah muslim.
Pengamatan ini senada dengan penelitian Wasisto (2017) dalam bukunya Politik Kelas Menengah Muslim Indonesia yang menyatakan bahwa kelas menengah muslim di Indonesia sedang membangun kesadaran beragama. Dalam menghadirkan tuhan dalam kehidupan dan dalam ruang publik, memilki berbagai cara dalam menghadrikannya. Salah satunya dengan mengkonsumsi produk Islami, memakai fesyen yang syar’i dan sampai-sampai mengikuti tren pengajian di televisi-televisi.
Fenomena ini selalu mengelilingi masyarakat urban yang kian hari kian menunjukkan identitasnya sebagai muslim kelas menengah. Komoditas yang menjadi sebuah titik balik globalisasi dan modernitas seringkali menimbulkan kegersangan spiritual. Apakah hal ini sesuai yang dialami oleh muslim perkotaan yang semakin hari menunjukkan identitasnya sebagai muslim yang taat dan sholih di perkotaan. Seringkali, fenomena muslim perkotaan ini berkelindan dengan bisnis seperti kemunculan Hijrah Fest.
Apalagi kemunculan fenomena Hijrah yang sangat masif di kampanyekan oleh beberapa ustadz-ustadz yang sekarang menjadi seleb. Tumbuh kembang ustadz-ustadz perkotaan ini menjadi perhatian yang sangat serius pada Muslim kelas menengah perkotaan. Pasalnya, materi keagamaan yang mereka bawakan merupakan gambaran dari kondisi Muslim Milenial yang sangat memikat hati para pemuda muslim.
Menurut Greg fealy (2012) dalam bukunya Ustadz Seleb, Bisnis Moral & Fatwa Online : Ragam Ekspresi Islam Indonesia Kontemporer menyebutkan bahwa sebagian dari mereka masyarakat urban atau muslim perkotaan sedang mencari kepastian moral, serta melakukan pengayaan spiritual dan tidak lupa muslim perkotaan dengan fenomena-fenomena yang ada sedang melakukan pencarian identitas yang shaleh.
Mengapa hal ini terjadi, sebab kondisi keberagamaan muslim kelas menengah perkotaan ini seringkali tergoncang kemantapan identitas keagamaannya, mengapa hal ini bisa terjadi karena akibat daripada mengalami transformasi sosial dan budaya. Nah, yang terjadi di tengah kondisi masyarakat Muslim perkotaan saat ini banyak melakukan konsumsi-konsumsi terhadap produk Islam atau bisa disebut komersialisasi Islam.
Greag Fealy menyebutkan bahwa terjadiya komodifikasi Islam secara akurat menangkap dan mengizinkan analisis atas dimensi komersial dari kegiatan-kegiatan yang bernilai spiritual. Namun, istilah yang diberikan Greag Fealy terhadap masyarakat muslim perkotaan ini banyak tidak sepakat dengan penggunaan istilah tersebut. Fealy menguatkan kembali adanya relasi antara spiritualitas dan perdagangan memang sangat kompleks.
Sekarang ini sudah marak perilaku beragama ala perkotaan yang juga ikut andil serta dalam proses beragama yang baik dan ramah terhadap lingkungan sekitar, yaitu perkotaan. Kemunculan istilah komersialisasi Islam pun tidak serta merta menggambarkan muslim perkotaan seutuhnya. Mereka memiliki berbagai cara untuk mengahadirkan tuhan sebagai usaha untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Fenomena tentang muslim perkotaan atau kelas menengah ini selalu menjadi pembahasan yang menarik, sekaligus menjadi refleksi terhadap keberislaman kita. Perilaku berislam ala muslim perkotaan ini dapat merubah prasangka tentang Islam yang marah menjadi Islam ramah.
Arief Azizy, penulis adalah pegiat di Islami Institute Jogja.