Habib Umar bin Hafidz Jelaskan Makna Bid’ah dan Sunnah

Habib Umar bin Hafidz Jelaskan Makna Bid’ah dan Sunnah

Habib Umar bin Hafidz menjelaskan, bid’ah dari sisi bahasa adalah sesuatu yang baru dibuat dan tidak pernah ada sebelumnya.

Habib Umar bin Hafidz Jelaskan Makna Bid’ah dan Sunnah
Habib Umar bin Hafidz (sumber poto: kalamhabaibindonesia)

Kata bid’ah sangat populer di telinga kita. Sebagian orang bilang, ini bid’ah, ini bid’ah, tanpa memahami hakikat dan makna bid’ah yang sebenarnya. Tak jarang juga salah kaprah, sebenarnya sunnah, tapi malah dikatakan bid’ah.

Habib Umar bin Hafidz menjelaskan, bid’ah dari sisi bahasa adalah sesuatu yang baru dibuat dan tidak pernah ada sebelumnya. Berdasarkan makna ini, Allah juga dapat dikatakan pembuat bid’ah langit dan bumi, karena sebelumnya kedua benda ini tidak pernah ada. Maksudnya, Allah pencipta langit dan bumi, sebab keduanya baru, dan belum pernah ada sebelumnya.

Adapun dari sisi syariat, bid’ah berati segala sesuatu yang bertentangan dan melanggar ajaran Allah dan Rasulullah. Sementara setiap sesuatu yang sesuai dengan ajaran Allah dan Rasulullah disebut dengan sunnah.

Rasulullah bersabda, siapa yang membuat suatu hal yang baru di dalam Islam, dan sesuai dengan ajaran Allah dan Rasulullah, mereka akan mendapatkan pahala dari apa yang dilakukan, dan pahala orang yang mengikuti amalan tersebut.

Dalam hadis yang lain, Rasulullah bersabda, siapa yang membuat sesuatu yang baru di dalam agama, padahal bukan bagian dari agama, maka tertolak dan tidak akan diterima.

Begitulah makna sunnah dan bid’ah di dalam hadis Nabi SAW. Bisa disimpulkan, bid’ah adalah sesuatu yang baru, tidak pernah dilakukan Nabi SAW, dan bertentangan dengan syariat Islam.

Pemahaman sunnah dan bid’ah ini sebetulnya sudah jelas sejak lama. Selama berabad-abad, hampir semua ulama menyepakati hal ini, hingga lahir seorang tokoh bernama Ibnu Taimiyyah dan al-Syatibi, di mana keduanya melakukan bid’ah. Pemahaman mereka bertentangan dengan ajaran yang sudah diajarkan para sahabat dan ulama sebelumnya. Setelah itu, Muhammad bin Abdul Wahab mengambil pandangan kedua tokoh ini, dan menyebarluaskan pemahaman keliru tersebut ke seluruh pelosok dunia.

Sebetulnya, orang yang mengingkari dzikir kepada Allah, baik dzikir perorangan atau kelompok, pengingkaran itu sebenarnya bagian dari bid’ah. Orang yang mengingkari shalawat kepada Nabi Muhammad, baik dilakukan sendirian ataupun berjamaah, pengingkaran ini juga bertentangan dengan syariat. Kenapa demikian? Dalam Shahih Muslim disebutkan, tidaklah berkumpul seorang muslim berdzikir kepada Allah, melainkan Allah menurunkan rahmat kepada mereka, dan membanggakan mereka di hadapan para malaikat.

Sebagian orang pada masa sekarang keliru, mereka menganggap dzikir berjamaah bid’ah dan sesat. Jadi kita mau ambil pandangannya siapa? Orang yang keliru atau Rasulullah?

Dikisahkan, ada orang yang suka mengumbar bid’ah, dikit-dikit bid’ah. Kemudian ditanya oleh seorang ulama, apa yang kamu maksud dengan bid’ah?

“Segala sesuatu yang tidak ada pada masa Nabi itu bid’ah.”

“Kalau begitu, diri kamu sendiri itu juga bid’ah,” Kata ulama tersebut.

“Kok begitu?”

“Kamu bid’ah karena tidak pernah ada di masa Rasulullah dan para sahabatnya,” Jawab ulama tadi.