Habib Umar bin Hafidz, salah satu ulama besar Tarim menjadi pembicara dalan diskusi tentang moderasi Islam di Serpong, Tangerang. Di depan dosen pendidikan Agama Islam, Pimpinan majlis darus Mustofa Yaman ini mengatakan bahwa Agama Islam mengedepankan keterbukaan, persaudaraan dan kemaslahatan. Bukan ajaran Islam yang radikal.
Habib Umar mengatakan, bahwa radikalisme terjadi akibat pemahaman yang tidak tepat terhadap ayat-ayat Al-Quran yang bernada tegas, keras, dan permusuhan kepada nonmuslim. Pemahaman secara parsial tersebut disebabkan tidak melihat kesalinghubungan antar ayat (munasabat al-ayat), antar ayat dan sunnah, dan antar ayat dengan bagaimana Rasulullah SAW menerapkannya.
Ulama bernama lengkap Al-Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafizh menjelasakan juga bagaimana menyikapi perbedaan, termasuk dengan nonmuslim. Menurutnya dengan orang kafir sekalipun, Al-Quran mengajarkan untuk mengedepankan kesabaran, kelembutan, dan penjelasan yang baik. Menurutnya, sikap keras terhadap kaum kafir bukan ditujukan untuk pribadi mereka, melainkan ditujukan pada sikapnya. Ini adalah isyarat bahwa secara prinsip, Islam itu mengedepankan semangat persaudaraan dan membangun harmoni. Ayat-ayat yang bernuansa konflik harus dipahami dalam bingkai kesadaran untuk menghilangkan kezhaliman dan kejahatan atas kemanusiaan, seperti dilansir dari situs kemenag.go.id
Habib Umar juga menjelaskan bahwa negara Islam tidak akan terwujud dengan revolusi, pemberontakan, atau aksi-aksi kekerasan. Namun, negara Islam hanya mungkin hadir ketika dalam diri masing-masing individu Muslim memiliki kesadaran untuk tunduk dan patuh kepada Allah SWT