Forum Religion Twenty (R20) resmi ditutup dalam acara penutupan di Pondok Pesantren Sunan Pandanaran, Yogyakarta pada Minggu (6/11). Ratusan peserta dari 32 negara itu disambut ribuan santri Pondok Pesantren Sunan Pandanaran dengan berbagai pertunjukan. Mulai dari nyanyian salawat khas NU, tarian daerah, hingga lagu-lagu yang akrab oleh dunia global, seperti Heal the World milik Michael Jackson.
Dalam agenda penutupan tersebut, Ketua Umum PBNU, Yahya Cholil Staquf, hadir dan menyampaikan pesan-pesannya terkait forum R20. Gus Yahya menegaskan kembali inisiatif NU untuk membuka ruang dialog dan diskusi antar agama untuk menyelesaikan isu-isu global yang berkaitan dengan agama. Salah satu tujuannya untuk menciptakan perdamaian dan harmoni untuk kemanusiaan.
Gus Yahya mengatakan bahwa Yogyakarta menjadi representasi keberagaman yang harmonis di Indonesia. Ia juga menyinggung kunjungan anggota R20 di Candi Mendut dan Candi Borobudur.
“Anda semua telah menyaksikan, tidak hanya Candi Hindu dan Buddha, tetapi juga mengetahui bagaimana candi-candi itu sangat dijaga bahkan sangat dihormati oleh mayoritas muslim,” ungkapnya.
Berkaitan dengan Pesantren Sunan Pandanaran sebagai lokasi penutupan Forum R20, Gus Yahya menggarisbawahi soal peran NU di Indonesia yang menaungi pondok pesantren sebagai pendidikan agama tradisional di Indonesia. Ia mengatakan bahwa NU mempunyai kurang lebih 25 ribu pondok pesantren di seluruh Indonesia. Gus Yahya juga mengaku bahwa ia juga menghabiskan masa belajar di pondok pesantren selama 15 tahun.
“Ini hanya untuk memberikan kalian sebuah gambaran mengenai apa yang kami lakukan sebagai warga NU dan mengapa kami pada posisi dan kapasitas untuk melindungi negara kami dan Pancasila sebagai negara yang harmoni di antara beragam komunitas, agama, etnis, bahasa yang menjadi satu kesatuan bangsa Indonesia,” terang Gus Yahya.
Lebih lanjut, Gus Yahya berharap bahwa agenda ini menjadi ajang perkenalan warga NU dan warga pesantren kepada masyarakat serta pemimpin agama di berbagai penjuru dunia. Ia mengatakan bahwa NU menawarkan lebih dari sekadar persahabatan tapi persaudaraan.
Ia berharap bahwa Forum R20 tidak berakhir pada acara penutupan tersebut. Ia mengatakan bahwa diskusi yang digelar selama tiga hari, di Bali dan di Yogyakarta, bisa terus dilanjutkan untuk mewujudkan perdamaian dunia.
“Ini memang malam perpisahan R20, tetapi ini bukan akhir dari apa yang kita lakukan, sebab R20 baru saja kita mulai,” tuturnya dalam acara yang turut dihadiri Pengasuh Ponpes Sunan Pandanaran KH. Mu’tashim Billah.
Profesor bidang politik Islam global dari Deakin University Australia, Greg Barton, juga turut memberikan sambutan. Ia berterima kasih karena seluruh rombongan R20 diterima dengan sambutan yang sangat ramah di Yogyakarta, khususnya di Pesantren Pandanaran oleh para santri.
“Ini memperlihatkan betapa indahnya agama, semua agama apapun, tetapi khususnya agama Islam di Pulau Jawa dan telah diwujudkan NU, ini sangat menginspirasi,” ujar Greg.
Greg mengamini pernyataan Gus Yahya soal Yogyakarta sebagai representasi keberagaman yang harmonis di Indonesia. Dia mengapresiasi bagaimana Forum R20 yang mempertemukan para tokoh hampir dari seluruh agama di dunia mulai dari Islam, Yahudi, Kristen, Katolik, Hindu, Budha, Sinto dan lainnya tidak mendapat pertentangan berarti selama di Yogyakarta.
Seperti diketahui, R20 diinisiasi dan diketuai oleh Ketua Umum PBNU Yahya Cholil Staquf dan Syekh Abdurrahman al-Khayyat, Ketua Liga Muslim Dunia untuk Asia Tenggara dan Australia. Forum itu diikuti sekitar 338 partisipan dari 32 negara. Sebanyak 124 berasal dari luar negeri, sisanya merupakan warga Indonesia. Forum itu menghadirkan 45 pembicara dari lima benua. Forum R20 akan berlanjut di India pada 2023, Brazil pada 2024, dan di Afrika Selatan pada 2025. (AN)