ISLAMI.CO – Menurut beberapa analis, sejumlah pelanggaran gencatan senjata dan kekerasan Israel dan Hizbullah di Lebanon memang sudah diperkirakan, akan tetapi tidak serta merta kesepakatan itu gagal.
Seorang peneliti senior di Carnegie Endowment dan mantan analis dan negosiator Timur Tengah Departemen Luar Negeri, Aaron David Miller mengatakan perjanjian gencatan senjata tersebut memang sudah dilanggar.
“Saya telah terlibat dalam perjanjian gencatan senjata Lebanon selama beberapa dekade, dan tidak ada perjanjian gencatan senjata yang tidak dilanggar sejak awal,” ujarnya dikutip dari The New York Times pada Rabu (4/12/2024).
Jennifer Kavanagh, seorang peneliti senior dan direktur analisis militer di Defense Priorities, sebuah lembaga kebijakan luar negeri di Washington berpendapat bahwa perjanjian dan menegakkan perjanjian adalah dua hal yang berbeda.
Berdasarkan ketentuan perjanjian, baik Israel maupun Lebanon dapat menggunakan hak mereka untuk membela diri, selama hal itu konsisten dengan hukum internasional. Rincian dan mekanisme penegakannya masih belum jelas.
Meskipun terdapat ketidakpastian, fakta bahwa Israel dan Lebanon mencapai kesepakatan hal tersebut menunjukkan semua pihak yang terlibat akan melihat manfaat dari jeda peperangan tersebut.
Bahkan di tengah serangan, gencatan senjata yang rapuh tampaknya tetap berlaku, dan para ahli mengatakan bahwa gencatan senjata itu masih bisa dipertahankan.
Kesepakatan Gencatan senjata tersebut menegaskan, Israel memiliki waktu 60 hari untuk menarik militernya dari Lebanon, sementara Hizbullah seharusnya mundur ke utara Sungai Litani, meninggalkan daerah penyangga di Lebanon selatan antara kelompok militan dan perbatasan utara Israel.
Baca juga : Israel Langgar Perjanjian Gencatan Senjata, 11 Warga Lebanon Tewas Jadi Korban
Pada saat bersamaan Menteri pertahanan Israel, Israel Kats menegaskan perang besar akan meletus kembali, bahkan Israel mengancam akan memperluas operasi militernya. Tidak hanya menargetkan Hizbullah, tapi juga negara Lebanon keseluruhan.
“Jika kami kembali berperang, serangan kami akan lebih dalam dan tidak akan ada lagi pengecualian bagi negara Lebanon,” ujar Katz saat mengunjungi perbatasan utara Israel.
“Jika pemerintah Lebanon tidak mengambil langkah tegas untuk menegakkan perjanjian ini, maka konsekuensinya akan sangat jelas,” imbuhnya.
Gencatan senjata yang disepakati sejak 27 November 2024 tersebut bertujuan untuk mengakhiri konflik 14 bulan antara Israel dan Hizbullah.
Semula, ketengangan gencatan senjata ini meningkat ketika insiden yang terjadi pada Senin kemarin. Pasukan militer Israel melancarkan serangan udara di Lebanon Selatan dan menewaskan belasan orang.
Sementara itu, Perdana Menteri dan Ketua Parlemen Nabih Berri dikabarkan sudah berkomunikasi dengan pejabat Amerika dan Prancis untuk menghentikan pelanggaran yang dilakukan Israel.