Ramadan adalah bulan mulia dan istimewa bagi Muslim seluruh dunia. Selain sebagai bulan suci untuk meningkatkan ibadah, Ramadan juga menjadi bulan persatuan bagi bermiliar populasi umat Islam di seluruh belahan bumi. Tidak terkecuali bagi Muslim di dua negara bertetangga, Indonesia dan Australia.
Sekumpulan pemuda Muslim dari Indonesia dan Australia yang tergabung dalam Forum Alumni AIMEP (Australia-Indonesia Muslim Exchange Program) angkatan 2022, menggelar acara talkshow Ramadan bertajuk Ramadan in My Community: How Australians and Indonesians Engage With Ramadan?. Acara ini diselenggarakan secara daring melalui cloud meeting Zoom pada hari Jumat, 7 April 2022 pukul 13:30 WIB dan dihadiri oleh berbagai komunitas Muslim dari kedua negara.
Acara talkshow tersebut mengobservasi bagaimana Muslim Indonesia dan Australia melaksanakan aktivitas keseharian selama bulan Ramadan dari perspektif masing-masing negara. Tidak hanya dari persoalan ibadah, talkshow ini juga mengobservasi aneka rupa tradisi dan kegiatan unik yang dipraktikkan oleh Muslim di kedua negara selama bulan suci Ramadan.
Talkshow Ramadan Forum Alumni AIMEP menghadirkan empat narasumber dari Muslim Indonesia dan Australia yang juga merupakan alumni dari program AIMEP tahun 2022. Acara talkshow ini menghadirkan dua narasumber dari Muslim Australia adalah Inaz Janif, pengajar dan pengurus di Islamic Council of Victoria dan Lucas Hainsworth, Muslim Australia kandidat Doktor di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Sementara dua pembicara Muslim Indonesia diwakili oleh Hadza Min Fadhli Robby, Direktur Eksekutif Embun Kalimasada Cultural Center UII, dan Nurul Fatimah, Co-founder Rumah Bekesah Kalimantan Timur. Acara tersebut Dipandu oleh Dito Alif Pratama sebagai moderator dan dihadiri oleh Brynna Rafferty-Brown dan Rowan Gould, selaku Direktur dari Program AIMEP.
Inaz Janif, pengurus Islamic Council of Victoria, menggarisbawahi betapa Muslim di Australia sangat multikultur dan berwarna. Australia, sebagai negara multikultur juga membentuk Muslim yang multikultur. Bagi inaz, bulan Ramadan menjadi momentum kebersamaan komunitas Muslim, yang hanya berjumlah sekitar 3% dari total populasi di Australia. Ramadan di Autralia juga mampu untuk menyatukan komunitas Muslim Australia yang beraneka ragam latar belakang, termasuk juga bagi para Muallaf yang baru pertama kali merayakan bulan Ramadan.
Inaz juga menyoroti perubahan yang terjadi selama ia menjalani ramadan dari tahun ke tahun. Ia mengingat kembali semasa ia kecil, bulan Ramadan di Australia sangat bersifat individu di masing-masing keluarga Muslim, sebab terbatasnya ruang dan komunitas Muslim. Adapun saat ini, Ramadan tampak lebih komunal, dengan makin banyaknya masjid dan terbukanya tempat berkumpul bagi Muslim di Australia. Ketersediaan ruang ini mendorong Muslim Australia menjadi lebih terbuka dalam merayakan festival dan bermacam kegiatan meriah menyambut datangnya bulan suci Ramadan dan menjadi kegiatan menyenangkan bagi anak-anak.
Adapun Lucas Hainsworth, yang telah memeluk Islam sejak 15 tahun lalu, memaknai bulan Ramadan sebagai kesempatan berharga untuk menjelaskan keutamaan puasa dan ibadah kepada non-Muslim. Lucas berbagi pengalamannya berinteraksi dengan rekan kerja dan teman-temannya di Australia yang terkejut saat tahu dia berpuasa, tidak makan dan minum sepanjang hari. Sehingga kemudian banyak memancing pertanyaan mendasar seputar puasa dan bulan Ramadan. Bagi Lucas, ini menjadi momen bagus untuk membuka pembicaraan lebih lanjut sekaligus menjelaskan tentang Islam kepada penduduk Australia.
Fatimah dan Hadza, sebagai narasumber dari Indonesia, membagikan pandangan mereka sebagai Muslim yang menyambut Ramadan di negara yang penuh dengan keragaman budaya. Fatimah mengungkapkan bahwa Ramadan tidak hanya bermakna sebagai waktu beribadah, namun juga memiliki signifikansi kebudayaan dengan berbagai perayaan kultural menyambut bulan Ramadan. Berbagai budaya yang tersebar di Indonesia seperti munggahan dan botram di kalangan Sunda, serta aktivitas membangunkan tetangga tiap waktu Sahur.
Senada dengan Fatimah, Hadza membagikan sisi solidaritas bulan Ramadan. Banyak masjid dan lembaga keagamaan yang membagikan takjil dan makanan berbuka di bulan Ramadan dalam porsi besar. Seperti masjid Jogokariyan dan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang membagikan makanan berbuka sampai 5,000 porsi di tiap harinya selama bulan Ramadan. Hidangan berbuka ini bentuk soloidaritas dan semangat umat Muslim di Indonesia untuk meraih pahala dan bersolidaritas secara sosial.
AIMEP sendiri merupakan program tahunan pertukaran pemuda Muslim Indonesia dan Australia yang diinisiasi oleh pemerintah Australia. Sejak pertama kalinya diadakan pada tahun 2002, AIMEP telah mencapai usia 20 tahun. Dalam rentang waktu panjang tersebut, AIMEP telah berhasil merekatkan hubungan antara Muslim Indonesia dan Australia. Ditambah dengan jangkauan jejaring alumni yang tersebar di kedua negara tersebut, menjadikan AIMEP sebagai salah satu program pertukaran pemuda yang sangat diminati oleh pemuda Muslim di kedua negara.
Seiring dengan tujuan program AIMEP, Talkshow Ramadan oleh Forum Alumni AIMEP ini menyediakan ruang bagi Muslim Indonesia dan Australia untuk saling mengenal satu sama lain. Tidak hanya mendekatkan hubungan antar warga negara, namun juga merekatkan hubungan sesama umat Islam lintas bangsa dan negara. [rf]