Secara terminology, latah ialah keadaan dimana seseorang dengan mudah bereaksi yang cenderung mengikuti aksi yang ia lihat, dengar dan rasakan tanpa adanya jeda untuk memproses itu semua.
Sebagai mahasiswa pendidikan agama islam, aku cukup miris melihat realita yang ada bahwasannya banyak teman – teman remaja bahkan dewasa yang mempunyai semangat tinggi untuk ber-islam akan tetapi terindikasi “latah”
Sekilas dari judul diatas terkesan aku ingin membahas tentang wanita atau anggapan yang lebih ekstrim lagi aku akan membahas tentang cinta . Ini adalah pengalamanku dengan seorang yang aku temui di dunia maya, yaa betul sekali, gadis itu bernamakan putri Rasulullah
Tepatnya aku bertemu dengannya di salah satu social media, dan mohon maaf aku tidak akan menuliskan akunnya disini demi menjaga privasi gadis tersebut. Sebelum aku follow dia, postingan-postingannya sudah sering mengisi timeline ku oleh karena banyak diretwit oleh akun yang aku follow.
Sudah barang tentu postingannya syarat akan “islam” dan aku perhatikan rupanya beliau seperti aktivis dakwah yang selalu mewanti-wanti bahaya syi’ah, liberal. Orang awam atau yang beneran alim sekalipun pasti akan salut dengan postingannya, pasti berfikir bahwa beliau adalah orang yang benar-benar menguasai agama tidak hanya kulit ataupun sekedar “latah”
Hal menarik yang mungkin salah satu takdir juga, aku dipertemukan di suatu komunitas dan kami tergabung dalam group messenger dan dari situ kami sering berinteraksi tentunya dalam batas-batas yang wajar. Dalam satu kesempatan, ada temanku yang memposting tentang “vonis mati 500an anggota organisasi islam di mesir” dengan cepat postingan itu menjadi viral, hampir semua komentar menyatakan “kekesalannya” hmmm, saat itu aku berada di pihak yang kontra dengan komentar-komentar kekesalannya, sontak saja aku diserang beberapa pertanyaan. Lantas tidak lama ponselku berdering menandakan ada pesan pribadi yang masuk, yaa,,, ternyata gadis yang bernamakan putri Rasulullah itu, ia langsung memberondong dengan beberapa pertanyaan terkait komentarku di grup tadi, intinya dia sangat menyayangkan ada pihak yang kontra dengan Organisasi tersebut, ada hal menarik ditengah chating kami, aku sengaja bertanya hal dasar seperti hukum bacaan Qur’an misalnya, dan hasilnya pun diluar dugaan ku, ternyata yang keliatannya aktivis dakwah yang selalu menyerukan “khilafah islamiyah” “bahaya syiah” “bahaya liberal” tidak terlalu “ngerti” hukum-hukum “dasar”
Persis apa yang aku katakan diawal, mungkin inilah yang dinamakan “latah” dalam ber-Islam. Lantas apakah gadis itu salah ? tidak sama sekali, aku berprasangka baik, mungkin semangatnya tidak atau belum berbanding lurus dengan ilmunya, Allahu A’alam, perlahan aku mulai memberi pandangan kepadanya, bahwa segala sesuatu tidak bisa ditelan mentah-mentah, harus ada data yang valid untuk membenarkan dan mendukung suatu masalah
Perkuat Ilmu Dasar Maka Kamu Tak Akan Kesasar
Gak Usahlah Urus Iluminati Kalo Hukum Nun Mati Aja Gak Ngerti
Gak Usahlah Teriak Khilafah Kalo Ilmu Aqidah Aja Masih Payah
Dari pengalamanku diatas aku bisa tarik kesimpulan, ber-Islam ialah bukan masalah kita kelihatan alim atau tidak, semoga bisa diambil pelajaran dari pengalamanku diatas, sungguh aku tak ingin menjatuhkan dan menyalahkan pemahaman teman-temanku yang terindikasi “latah”, aku hanya mengajak mereka untuk sama – sama belajar islam secara kompleks step by step tidak mudah mengikuti pola fikir organisasi tertentu jika memang kita belum menguasai tentang apa yang “dibawa” oleh organisasi-organisasi tersebut. Allahu A’lam