Diunggulkan sebagai negara muslim dengan capaian terjauh di World Cup 2022, keberhasilan Maroko ini justru menimbulkan fenomena unik di dunia perjudian, yakni “All in Maroko”.
Yap, Piala Dunia Qatar tahun 2022 ini memang mendapatkan perhatian yang lebih tinggi ketimbang periode sebelumnya (Tahun 2018). Ada banyak poin plus yang mendukung hal ini. Misalnya, kemunculan media baru beberapa waktu belakangan seperti TikTok dan reels membuat cuplikan perhelatan sepak bola termegah itu bermunculan di linimasa. Selain itu, ada banyak hal yang bisa ditemukan dari sini. Seperti higlights pertandingan, analisis, prediksi dengan cara-cara yang unik, hingga fun fact.
Selain itu, faktor lain yang membuat Piala Dunia tahun ini menarik ialah Qatar yang menjadi tuan rumah dan lolosnya negara muslim asal Afrika, Maroko. Bagaimana tidak, Maroko berhasil mencatat rekor sebagai negara muslim yang kembali berhasil masuk ke semi-final World Cup.
Sejak lolos ke babak 16 besar, tim berjuluk The Atlas Lions itu telah berhasil mengalahkan tim-tim besar. Spanyol dikalahkan lewat adu pinalti, bahkan tim Maghrib ini juga mampu menghentikan langkah Portugal.
Karena berstatus sebagai negara muslim, ghirah mendukung negara seiman pun menguat di Indonesia. Hal itu membuat orang-orang yang awalnya tak memiliki ketertarikan dengan kompetisi sepak bola pun jadi ikut menonton dan mendukung lewat doa, karena memiliki rasa untuk menyaksikan keberhasilan negara muslim ini .
Hal ini merupakan fenomena wajar. Belakangan ini, identitas primordial seperti agama memang berhasil menyatukan suara di seluruh dunia. Ada keharusan untuk membela saudara seiman dan juga mempertahankan nilai-nilai agama.
Apakah itu salah? Tentu saja tidak. Namun menjadi salah ketika momen ini justru dimanfaatkan oleh orang-orang yang mau berjudi untuk membela Maroko didasarkan identitas agamanya. Karena, sejak mereka dinyatakan lolos ke semi-final Piala Dunia 2022, istilah “All in Maroko” pun menjadi trending di Twitter ataupun media sosial lainnya.
Istilah “All in” merujuk pada istilah perjudian yang artinya memberikan taruhan penuh pada kemungkinan yang dimiliki atau dalam konteks ini tim Maghrib.
Memang, banyak muslim di seluruh dunia yang ikut mendukung dan memberikan doa untuk kemenangan Maroko. Namun, hal itu tak menjamin jika negara muslim ini bakal melangkah lebih jauh di kasta tertinggi kompetisi sepak bola ini.
Hasilnya pada pertandingan semi-final semalam (15/12/22), Maroko harus tumbang dikalahkan oleh Prancis waktu Indonesia. Gawang Maroko yang sejauh ini baru kebobolan sekali saat laga penyisihan grup, harus terkoyak dua kali akibat serangan cepat Prancis.
Kekalahan ini tentunya memberikan pukulan telak bagi orang-orang yang melakukan all in Maroko semalam. Kok bisa yakin menang judi hanya gara-gara mendukung negara muslim?
Tanggapan Habib Ja’far atas Fenomena All in Maroko
Wacana “All in Maroko” yang telah bergaung di media sosial sejak Achraf Hakimi, dkk. dinyatakan lolos ke semi-final World Cup 2022 membuat Habib Husein Ja’far Al Hadar pun ikut bersuara.
Habib muda yang memang aktif berdakwah di dunia hiburan anak muda ini memberikan beberapa pendapat terkait fenomena judi yang didasarkan identitas agama ini.
Dirinya heran melihat muslim tanah air yang di satu sisi bangga dengan keberhasilan negara muslim Maroko yang masuk ke semi-final tapi malah pada berjudi untuk Maroko. Sejatinya, judi dalam Islam hukumnya haram, tak terkecuali dengan mendukung sesama muslim sebagai taruhannya.
Habib Ja’far yang mengutip hasil penelitan PPIM UIN Jakarta mengenai Beragama Anak Muda “Ritual No, Konservatif Yes” pada tahun 2021, bahwa anak muda Gen Z ini memiliki tingkat konservatif atas identitas agamanya yang tinggi ketimbang melakukan ibadah itu sendiri. Hal itu membuat Gen Z begitu cepat membela agamanya meskipun dirinya sendiri kurang dalam beribadah.
Hasil riset di atas, sekaligus kekalahan Maroko semalam sudah seharusnya membuat insaf anak muda muslim yang nekat all in untuk Maroko. Judi tetaplah haram apapun alasannya. Jikapun Maroko menang, uang hasil judi tersebut tetap tak akan menjadi berkah hanya karena mereka mendukung negara muslim. (AN)