Saat menghadiri ceramah Pak Jusuf Kalla di Oxford Centre for Islamic Studies pekan lalu, satu hal yang menarik perhatian saya adalah kehadiran sosok berwajah Melayu berpeci ala Nusantara di tengah panitia-panitia mayoritas bule yang lalu-lalang di ruangan.
“He’s Afifi, a lecturer here. He’s a good guy,” jawab mahasiswa bule di samping saya ketika saya bertanya kepadanya.
Dan memang beliau sangat ramah, tak segan-segan memberikan kartu namanya kepada saya saat saya temui di akhir sesi. Siapa sangka ternyata beliau bukanlah orang sembarangan.
Dr Afifi Al-Akiti, nama lengkapnya, tumbuh besar di bawah sistem pendidikan tradisional Islam di Malaysia sebelum melanjutkan studinya di Belfast dan Oxford. Karenanya, beliau termasuk sosok langka yang punya pengetahuan mumpuni soal karya-karya ulama Islam klasik sekaligus memahami betul tradisi akademik Barat.
Tak heran kalau beliau selama beberapa tahun ini selalu masuk dalam daftar 500 Muslim berpengaruh di dunia, membersamai ulama Malaysia lain yang tersohor, Syed Muhammad Naquib al-Attas. Tapi, saya kira karyanya yang satu ini lah yang melambungkan nama beliau.
Dalam hitungan hari usai terror di London tahun 2005 silam, beliau menulis naskah berbahasa Inggris berjudul Mudafi’ al-Mazlum bi-Radd al-Muhamil ‘ala Qital Man La Yuqatil, yang memuat fatwa keharaman melakukan serangan terror kepada penduduk sipil di dunia barat. Dari karyanya ini terlihat bagaimana beliau menukil dari literatur klasik madzhab Syafi’i seperti Bughyat al-Mustarsyidin, I’anat al-Thalibin, Tuhfat al-Muhtaj, al-Majmu’, dan “membawa”-nya ke dunia barat.
Terang saja, karya beliau ini segera mendapat sambutan hangat dan bahkan dibukukan dalam “The State We Are in” yang memuat terjemah karya-karya ulama terkemuka, termasuk di antaranya Syaikh Abdullah bin Bayyah, tentang persoalan yang diharapi minoritas Muslim di dunia barat.
Kejadian teror yang terjadi di London, Manchester, juga Jakarta belum lama ini membuat saya semakin sadar bahwa karya-karya semisal ini perlu lebih gencar lagi disuarakan. Karena akar masalah dari kejadian terror sejenis tiada lain adalah kebodohan dan hanya ilmu lah yang bisa mengangkatnya.
Karya Dr Afifi tadi, dengan kata pengantar dari Syaikh Gibril Haddad, seorang ulama lain yang juga aktif menerjemahkan kitab-kitab klasik ke Bahasa Inggris, dapat dibaca di link berikut. Semoga bermanfaat. []
Ahmad Ataka, Nahdliyin ahasiswa doktoral King’s College London.