Pendidikan saat ini sudah sangat sistematis. Dimulai dari pendidikan dasar hingga perguruan tinggi. Selepas lulus dari tingkat pendidikan tersebut pun sudah sangat terorganisir. Lulusan mendapatkan ijazah mewakili rekaman proses belajar dan hasil ujian. Bahkan, pada tingkat perguruan tinggi atau universitas, lulusan akan mendapatkan gelar sebagai identitas spesifik ilmu yang sudah diambil dan dikuasai. Berbeda dengan zaman dulu, para ulama yang namanya terkenal hingga saat ini menempuh pendidikan mereka dengan cara talaqi atau bertemu seorang guru langsung di suatu majlis. Tidak terikat dengan daftar absensi ataupun rekaman nilai akhir.
Lalu, pernahkan terlintas dipikiran kita bagaimana sebuah universitas itu hadir di dunia ini? Dan siapakah penggagas pertama terbentuknya universitas? Mungkin beberapa dari kita akan menjawab seorang ilmuwan dari Eropa. Ternyata keliru, Fatimah al-Fihri lah penggagas hadirnya universitas di dunia. Ia adalah wanita muslim dari kota Qairouan, sekarang dikenal dengan nama Tunisia. Fatimah, putri dari Mohammad bin Abdullah al-Fihri saudagar kaya di kota Fes ini sudah mendonasikan harta warisan dari kekayaan ayahnya untuk pendirian universitas dengan nama Universitas Qairouan, atau Universitas al-Qarawiyyin.
Universitas al-Qarawiyyin berdiri pada tahun 859 M di kota Fes, Maroko. Sepeninggal ayahnya, Fatimah dan saudara perempuannya bernama Maryam menggunakan harta warisan ayahnya untuk hal yang lebih bermanfaat, yaitu membangun masjid. Maryam membangun masjid al-Andalusi pada tahun 859 M, sedangkan Fatimah membangun masjid al-Qarawiyyin, yang kemudian menjadi sebuah universitas. Keluarga Mohammad bin Abdullah al Fihri bukanlah penduduk asli Fes. Akan tetapi ia termasuk imigran dari Tunisia pada tahun 818 M. Pada tahun tersebut, Tunisia sedang dilanda pemberontakan kepada penguasa Qairouan (Tunisia), yaitu Aghlabid. Pemberontakan terhadap Aghlabid gagal hingga menyisakan peristiwa pengusiran sekitar 2000 keluarga dari Qairouan. Salah satunya adalah keluarga al-Fihri. Kemudian, keluarga al-Fihri bermigrasi ke Fes yang saat itu dipimpin oleh Idris II, putra Idris I dari Bani Idrisiyah bermazhab Syiah.
Pada tahun 1998, UNESCO dan The Book Guinnes World Record mencatat bahwa universitas al-Qarawiyyin adalah universitas tertua dan universitas pertama di dunia yang memberikan gelar akademis kepada lulusannya. Universitas yang pada awalnya sebuah masjid ini memberikan peluang kepada para pejuang ilmu untuk mempelajari tiga spesifik ilmu, yaitu ilmu Tafsir, ilmu Hadis dan ilmu Fiqih. Kemudian, berkembang lagi dan membuka pintu untuk ilmu-ilmu umum seperti matematika, astronomi, fisika, sastra dan musik. Bahkan, mahasiswa di Universitas al-Qarawiyyin tidak hanya muslim, akan tetap non-muslim juga memiliki peluang untuk belajar dan menjadi mahasiwa di universitas tersebut.
Pengaruh dari berdirinya Universitas al-Qarawiyyin adalah pesatnya perkembangan kajian ilmu agama dan umum di dunia, juga termasuk sebagai perlintasan antara peradaban ilmu di Timur Tengah dan Eropa. Di kemudian hari, pada abad ke-10 dibangun Universitas al-Azhar di Kairo oleh Bani Fathimiyyah, Universitas tersebut menjadi Universitas tertua kedua di dunia dan bermazhab sunni. Lalu, pada abad ke-11 berdirilah Universitas Bologna di Italia. Disusul pada abad ke-12 dengan berdirinya Universitas Paris di Prancis dan Universitas Oxford di Inggris. Lulusan dari univeritas al-Qarawiyyin ini menjadi tokoh tersohor hingga saat ini. Di antaranya adalah Ibnu Khaldun, Ibnu Maimun yang di kenal di barat dengan nama Maimonides, al-Fasi, al-Idrisi, Ibnu al-Khatib, al-Bitruji seorang astronom Arab, Dosen sufi di Universitas al-Qarawiyyin, Ibnu Hirzihim dan seorang penulis bernama al-Wazzan atau dikenal dengan Joannes Leo Africanus. Selain itu, ilmuwan matematika yang menggagas teori sempoa di Eropa dan sistem angka desimal menggunakan angka Arab, yaitu Paus Sylvester II.