Ini sebuah kisah tentang Khalifah Malik bin Marwan yang mendapatkan peringatan seorang ulama yang bernama Thawus bin Kaisan. Ulama dari masa tabiin ini suatu ketika pernah diundang oleh Khalifah Malik bin Marwan di Mekah.
Kisahnya bahwa dimulai ketika Khalifah Malik bin Marwan menunaikan ibadah haji menurunkan barang-barangnya di dekat Baitul Atiq.
“Tolong carikan aku orang alim yang peringatan di hari yang mulia ini,” katanya kepada para pengawalnya.
Perintah itu langsung disanggupi para pengawal dan mencari siapa orang laim yang bisa datang menemui khalifah. Setelah bertanya ke sana kemari, akhirnya memilih Thawus bin Kaisan. Ulama yang satu ini saat itu dikenal sebagai ahli fiqih yang paling jujur perkataannya.
Maka para pengawal itu menemui Thawus. “Ikutilah dengan kami wahai syikh, Amirul mukminin telah menunggu Anda,” kata salah satu pengawal tersebut.
Thawus pun langsung mengiyakan. Sudah menjadi kebiasannya untuk memenuhi undangan taklim di setiap kesempatan. Thawus berfikir bahwa kalimat yang benar akan bisa meluruskan penguasa yang menyalahgunakan kekuasaannya.
Tak lama, sampailah Thawus dihadapan malik bin Marwan. Setelah memerikan salam dan rama tamah, Thawus kemudian dipersilakan memberikan tausiyah tentang manasik haji. Khalifah mendengarkan dengan tekun ceramah yang disampaikan Thawus. Hingga sampai kahirnya tampak Khalifah paham benar apa yang disampaikannya.
Ketika Khalifah sudah paham dan tak ada lagi yang dipertanyakan, Thawus membatin,”Ini adalah majlis yang kelak engkau pertanggungjawabkan kepada Allah wahai Thawus.”
Seketika itu Thawus sadar dan menoleh kepada khalifah Malik bin Marwan.
“Wahai Amirul Mukminin, sesungguhnya ada satu batu besar di tepi sumur jahanam. Batu itu akan dilemparkan ke dasar neraka jahanam dengan waktu 70 tahun untuk mencapai dasarnya. Tahukan kamu untuk siapa sumur jahanam itu disiapkan?” tanya Thawuz kepada Khalifah.
“Aku tidak tahu untuk siapa sumur itu disiapkan,” kata Khalifah balik bertanya.
“Sumur dan batu itu disediakan untuk orang-orang yang dipilih allah sebagai penegak hukum-Nya tetapi ia menyelewengkannya,” jawab Thawus.
Mendengar jawaban itu, tiba tiba tubuh Khalifah Malik bin Marwan menjadi kelu dan gemetar. Ruhnya merasa terbang. Setelah itu ia menangis sesunggukan. Setelah selesai Thawus pun pulang dan Khalifah merasa tenang diberi pencerahan oleh Thawus.