Dunia Islam pekan ini dihiasai oleh berita-berita tentang Mohamed Salah atau biasa yang disapa Mo Salah, pemain asal Mesir yang tampil gemilang bersama Liverpool. Betapa tidak, prestasinya di lapangan hijau juga meneguhkan satu pesan penting: seorang muslim juga bisa berprestasi di dunia barat dan mengubah persepsi barat terhadap islam.
Pengakuan ini bukan tanpa sebab. Islamophobia yang memang lagi tingi-tingginya. Bukan itu saja. Beberapa bulan lalu para supporter Liverpool menyanyikan lagu yang kira-kira, jika Salah terus mencetak gol, bukan tidak mungkin banyak sekali yang akan menjadi mualaf:
Mo Sa-la-la-la-la.., Mo Sa-la-la-la-la…
If he’s good enough for you he’s good enough for me.
If he scores another few then I’ll be Muslim too.
If he’s good enough for you he’s good enough for me.
He’s sitting in the mosque that’s where I wanna be.
Entah hal itu benar atau tidak, menjadi mualaf atau bukan, tentu saja itu urusan lain lagi. Satu hal yang pasti, apa yang dilakukan Mo Salah ini menepis banyak akan anggapan dan menimbulkan tafsiran baru seorang muslim yang kerap dicap arogan, bahkan teroris.
Mumin Khan, CEO Abdullah Quilliam Society Mosque di Kota Liverpool, mengatakan bahwa nyanyian itu memberi sumbangan besar bagi proses persamaan hak antar muslim di Liverpool, khususnya Britania.
Tidak hanya itu, pesona Mo Salah bahkan membuat Arab Saudi menawarkannya sebidang tanah untuk dijadikan masjid dan bisa dijadikan nama atas dirinya. Hal itu diutarakan oleh Fahd Al Rowky, petinggi daerah di Mekah. Ia menganggap, Salah tidak hanya berprestasi di lapangan, lebih dari itu Salah telah menjadi duta islam di Eropa dan membuat warga muslim bangga.
“Ya ada beberapa pilihan untuk menhadiah Salah sebidang tanah (dekat tanah suci). Cara memberikan hadiah itu nanti, tergantung Salah. Juga, nanti akan diatur sistemnya di Saudi,” tutur Fahd sebagaiman dikutip Fourfourtwo.
Ia juga menambahkan, bila sistem di Arab Saudi memperbolehkan tanah dimiliki Salah, maka Salah dia akan mendapatkan tanah tersebut dan bisa dibuat apa saja.
“Sebidang tanah itu ada di kota suci Mekah di dekat Masjidil Haram. Opsi lainnya, kami bisa membangunkan sebuah masjid di tempat itu dan memberikan nama Mohamed di masjid tersebut,” tambahnya.
Mo Salah seakan berjuang untuk terus dan seakan menjadi wakil islam dengan prestasi dan senyuman, bukan dengan teror.
Dunia islam pekan ini juga diisi prestasi Heba Khamis (29 th) fotografer dari Harian el Tharir Mesir. Ia memenangkan World Press Photo untuk karyanya bertajuk Banned Beauty, seri foto yang menyoroti pratik setrika payudara di Kamerun. Foto tersebut memenangkan hadiah utama dalam kategori isu kontemporer.
Foto tersebut seakan berbicara perihal praktek yang terjadi di negara Afrika tersebut yang sudah terjadi selama bertahun-tahun. Usia gadis-gadis itu delapan hingga 12 tahun. Satu hal yang mengerikan, hal itu katanya dilakukan untuki menghindari mitos ‘sial’ yang sering dialami gadis dan menunda seksualitas.
“Penghargaan ini adalah mimpi setiap fotografer di seluruh dunia , tapi sayangnya setiap cerita memiliki sisi gelap. Di hari ini, tepat di hari yang sama tahun lalu, Ayah saya meninggal,” tutur Khamis tentang penghargaannya tersebut.
Khamis mendedikasikan penghargaan itu untuk ayahnya yang meninggal tahun lalu. Heba Khamis memang fotografer yang fokus pada isu-isu sosial. Penghargaan ini kian meneguhkan dirinya sebagai representasi islam. Alumnus Danish Scholl of Media and Journalism ini juga memotret untuk kantor berita internasional seperti Associated Press (AP), EPA dan Xinhua.
Dunia islam ini pekan ini juga diisi oleh daftar orang berpengaruh dunia versi Majalah TIME tahun 2018. Tepat 21 April 2018,bertepatan di hari perayaan emansipasi perempuan, Hari Kartini. Ibu Sinta Nuriyah yang merupakan istri dari almaghfurllah Gus Dur, menjadi satu-satunya orang Indonesia yang berada dalam daftar itu.
Majalah TIME memilih Ibu Sinta karena keteguhannya merawat kebinnekaan, toleransi, dan dukungannya yang tanpa henti pada kaum lemah dan tertindas. Sehingga bisa disebut bahwa beliau merupakan salah satu penerus perjuangan RA. Kartini, yang memerjuangkan orang-orang lemah dan tertindas.
“Dia memilih untuk mendukung mereka yang lemah daripada kemapanan tanpa risiko sebagai janda mantan Presiden,” tulis Majalah TIME
Bayangkan saja, selama 18 tahun terakhir beliau berkeliling Indonesia dan berjumpa dengan banyak pihak, khususnya kaum mustadh’afin. Para tokoh dunia lain yang masuk dalam daftar ini di antaranya adalah Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman, Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau, dan Presiden Cina Xi Jinping.
Dia tetap memilih untuk memberi perlindungan dan advokasi pada perempuan transgender dan kaum lemah lain, daripada duduk santai sebagai mantan Ibu Negara.