Dunia kembali berduka. Telah terjadi sebuah ledakan besar di gudang penyimpanan zat kimia di salah satu sudut pelabuhan di Kota Beirut, Lebanon. Ledakan tersebut sangat besar dan menghasilkan efek destruktif yang luar biasa.
Video ledakan itu menyebar di media sosial lewat rekaman kamera warga. Segera setelah itu, tagar #PrayForLebanon pun langsung menggema di seluruh dunia. Hingga artikel ini ditulis, tagar itu masih bertengger di tiga besar trending di twitter, setelah Amonium Nitrat.
Ditengarai, ledakan tersebut berawal dari kebakaran gudang penyimpanan senyawa zat kimia amonium nitrat. Senyawa tersebut disinyalir menjadi penyebab timbulnya ledakan yang sangat besar. Tak tanggung-tanggung, menurut pihak berwenang Lebanon, jumlah anomium nitrat yang tersimpan di gudang tersebut mencapai 2.750 ton.
Meski begitu, Presiden Amerika Serikat Donald Trump punya pendapat lain. Trump mengklaim jenderal AS memberitahunya bahwa ledakan besar yang mengguncang Beirut, Lebanon, terindikasi sebagai serangan bom.
“Itu tampak seperti serangan yang mengerikan,” sebut Trump dalam pernyataan kepada wartawan di Gedung Putih, seperti dilansir AFP, Rabu (5/8).
“Itu terlihat seperti itu, berdasarkan ledakannya. Saya bertemu dengan beberapa jenderal besar kita dan mereka sepertinya merasa begitu,” imbuhnya, merujuk pada indikasi serangan.
“Ini bukan semacam jenis ledakan pabrik. Itu tampaknya seperti, menurut mereka — mereka akan tahu lebih baik daripada saya — tapi mereka tampaknya berpikir itu sebuah serangan,” ucap Trump.
Hanya saja, para pejabat Departemen Pertahanan AS (Pentagon) membantah klaim Trump tersebut. Ya, seperti diberitakan CNN, sedikitnya tiga pejabat Pentagon yang enggan disebut identitasnya menegaskan tidak ada indikasi bahwa ledakan besar di Beirut merupakan sebuah serangan.
Kembali ke Beirut. Akibat dari ledakan itu, terdapat sedikitnya 100 korban meninggal dunia, dan 4000 orang luka-luka. Jumlah korban meninggal tersebut telah meningkat di mana sebelumnya Menteri Kesehatan Lebanon, Hamad Hasan menyebutkan bahwa korban tewas yang ditemukan saat itu sebanyak 78 orang.
Di lain pihak, sejumlah Rumah Sakit di bilangan Beirut juga mengalami kerusakan. Presiden Asosiasi Perawat di Beirut Dr. Mirna Doumit menyatakan bahwa tiga RS kota telah hancur.
“Jadi, kami harus mengevakuasi para pasien yang ada di rumah sakit ke RS yang lain. Ditambah, dua rumah sakit kami yang lain juga ikut hancur,” kata Mirna, dikutip Aljazeera.
“Kami kehilangan tiga perawat yang sedang bekerja di rumah sakit. Saya kehabisan kata-kata untuk mendeskripsikan apa yang terjadi. Ini laksana film horor,” pungkasnya. (AK)