Aku hanyalah seorang dari begitu banyak individu biasa yang merasa putus asa melihat kejamnya penjajahan di atas tanah Palestina. Berkali-kali perasaan bersalah mengemuka tiap ada video baru mengenai para korban di Palestina melintas di beranda media sosial ketika aku sedang menikmati kehidupanku yang bebas. Berapa di antaranya, misalnya, video seorang balita yang sekujur badannya melepuh saat aku mau menyuap makan; Berita tentang Yousef Abu Rabee, seorang petani muda, secara sengaja ditarget Israel karena menghasilkan makanan, sambil aku menyiram tanaman bungaku. Yousef baru berumur 24 tahun. Dia hanya setahun lebih muda dariku.
Aku sudah boikot berbagai macam produk. Turut menyebarkan konten Palestina di media sosial. Tapi sepertinya tak cukup. Aku merasa seharusnya ada lagi yang bisa aku lakukan. Aku bisa saja berdonasi uang tunai, namun aku pun banyak menemukan berita bahwa truk berisi bantuan kemanusiaan ke Gaza kerap dicegat oleh Israel. Bukan cuma dicegat sama militer, tapi juga sama orang sipilnya!
Seperti menjawab kegelisahanku, suatu hari temanku membagikan story mengenai gerakan #ConnectingGaza. Gerakan ini mengajak kita semua untuk berdonasi eSIM demi kelancaran jaringan komunikasi di Gaza.
Selidik lebih lanjut, eSIM adalah SIM digital yang memungkinkan kita terkoneksi internet tanpa perlu memasang kartu fisik ke perangkat elektronik. Cara mengaktifkannya mudah, cukup pindai QR Code yang diberikan penyedia eSIM ketika kita selesai bertransaksi membeli eSIM di website atau aplikasi mereka.
Gerakan ini diprakarsai Mirna El Helbawi, seorang jurnalis asal Mesir. Mirna mengalami momen yang mirip denganku. Minimnya aksi yang bisa ia lakukan sebagai orang biasa untuk membantu Gaza yang sedang dibombardir membuatnya gusar. Namun Mirna tidak membiarkan dirinya larut dalam keputusasaan. Ketika jaringan telekomunikasi Gaza terputus total pada 27 Oktober 2023 akibat agresi Israel di Gaza, Mirna memutuskan untuk melakukan sesuatu.
Di tengah nihilnya kabar dari Gaza, Mirna menemukan cuitan Ahmed El Madhoun, seorang penduduk Gaza, di X. Ahmed berhasil tersambung ke internet secara sementara menggunakan simcard Israel.
Mirna segera menjawab tweet tersebut dan menawarkan untuk mengirim eSIM kepada Ahmed. Dengan arahan Mirna, Ahmed berhasil mengaktivasi eSIM tepat pada waktunya sebab tak lama kemudian, simcard Israel Ahmed ini diblokir oleh (yap, siapa lagi kalau bukan) para penjahat perang itu.
Ahmed menjadi penerima donasi pertama dari gerakan yang kini menjadi organisasi nirlaba bernama Connecting Humanity. Hingga saat ini, Connecting Humanity telah menyalurkan lebih dari 400 ribu eSIM ke Gaza!
ESIM menjadi penyambung kehidupan di Gaza. Menjadi penyambung informasi antara rumah sakit dengan relawan kemanusiaan. Menjadi akses bagi pelajar Gaza untuk melanjutkan studi secara online. Menjadi penghubung rindu keluarga yang terpisah serta penyampai ucapan selamat tinggal untuk yang terakhir kalinya.
Tak hanya itu, eSIM juga menjadi amunisi perjuangan Palestina melawan propaganda Israel. ESIM menjadi pengantar bukti kejahatan perang Israel yang didokumentasikan para jurnalis Gaza hingga bisa tayang di media sosial dan dilihat oleh masyarakat seluruh dunia. Dalam sejarah dunia, narasi anti-zionisme belum pernah bergema begitu kencang seperti sekarang ini.
Atas kontribusinya dalam memanfaatkan teknologi demi kepentingan kemanusiaan, Connecting Humanity menerima penghargaan Electronic Frontier Foundation Awards 2024.
Terinspirasi dari gebrakan Mirna, aku pun ikut berdonasi eSIM. Connecting Humanity memberikan tutorial cara berdonasi yang mudah sekali untuk diikuti. Rangkumannya seperti berikut ini.
Pertama, pilih merk dan kuota eSIM sesuai bujetmu. Truely adalah yang paling murah. Usahakan pilih kuota minimal 3GB.
Selesai transaksi di website atau aplikasi penyedia eSIM, kita akan diberikan QR Code. Jangan pindai QR Code itu! Cukup ambil tangkapan layar dari QR Code dan kirim ke email resmi Connecting Humanity. Hingga saat ini mereka menggunakan akun Gmail, namun infonya sebentar lagi mereka mau beralih sebab akun mereka sudah berulang kali mengalami gangguan – yang tentunya tidak mengherankan, tau, lah, ya, siapa pemilik Google?
Jangan lupa di subject email cantumkan informasi merek dan kuota eSIM yang kamu kirim serta isi body email dengan kata-kata baik sebagai penyemangat tim relawan Connecting Humanity. Kemudian, berdoalah semoga penerima donasimu mendapat kesempatan untuk mengaktivasi dan memanfaatkan eSIM tersebut.
Poin terakhir ini menjadi penting bagiku sebagai pendonor sebab belum tentu tiap penerima eSIM berhasil mengaktivasinya. Sebagai pembeli, kita bisa mengawasi penggunaan eSIM melalui website ataupun aplikasi. Kita bisa melihat jika eSIM sudah diaktivasi atau belum, juga melihat sisa kuotanya. Jika eSIM kita tidak diaktivasi sampai begitu lama, ada dua kemungkinan yang terjadi: 1) penerima eSIM telah menjadi martir, 2) telepon genggam mereka hilang atau rusak di tengah keriuhan gempuran bom Israel.
Kalau eSIM tidak kunjung diaktivasi, langkah pertama adalah lakukan konfirmasi dengan customer servicepenyedia eSIM. Mereka sangat perhatian dan membantu sekali karena sudah paham banyak pelanggan mereka yang membeli untuk didonasikan.
Jika betul eSIM belum teraktivasi, kirim ulang QR Code-nya ke tim Connecting Humanity agar dapat disalurkan kepada penerima lain. Pastikan kamu memberi jeda waktu minimal 3 minggu bagi penerima pertama untuk mencoba mengaktivasinya. Pahami bahwa mereka sedang berada di situasi sulit sehingga tidak mudah untuk mengoperasikan gawai.
Connecting Humanity juga telah mengidentifikasi merk eSIM mana yang dapat berfungsi dengan baik di tiap wilayah yang berbeda di Gaza. Misalnya, Truely untuk daerah selatan, Simly untuk daerah utara. Aku pernah mengirimkan keduanya. Dari pengalamanku, Truely cepat sekali diaktivasi sementara dua QR Code Simly ku sudah dua kali aku kirim namun hingga saat ini belum ada yang diaktivasi.
Paralel dengan pengalaman ini, aku mengikuti berita dari Gaza. Belakangan ini, memang ternyata Gaza bagian utara itu mengalami kondisi apokaliptik hingga bahkan Haaretz sebagai media Israel pun memberitakan bahwa tentara Israel “sedang melaksanakan operasi pembersihan etnis di bagian utara Jalur Gaza”.
Imajinasiku tidak berdaya membayangkan seburuk apa kondisi di utara. Nahasnya, ini seperti lingkaran setan. Kondisi buruk membuat warga di utara tidak dapat mengaktivasi eSIM sehingga membuat mereka tidak terkoneksi internet dan menjadi celah terjadinya kejahatan perang yang lebih parah dapat melenggang tak terpublikasi.
Meski begitu, kita bisa selalu berharap, akan ada Ahmed El Madhoun lainnya di utara Gaza. Seseorang yang berhasil menembus kehampaan jaringan komunikasi dan mengirimkan kabar terbaru dari utara Gaza ke dunia. Peran kita adalah memudahkan sosok itu mendapat koneksi. Mumpung sebentar lagi ada bonus akhir tahun, sepertinya bisa deh, kalau sebagiannya dipakai untuk membeli eSIM buat Gaza. Bersama-sama kita suplai terus amunisi perjuangan Palestina dalam melawan penjajahan dan propaganda Israel. From the river to the sea, Palestine will be free!
(AN)