Beginilah jawaban Abu Nawas tentang cinta. Suatu hari seorang pemuda yang sedang patah hati berjalan gontai di salah satu jalan perkampungan. Perempuan yang diidam-idamkan sejak dulu memilih laki-laki lain untuk menjadi pasangan hidup. Baginya, sulit melupakan sang mantan karena sudah bertahun-tahun menjalin hubungan. Namun takdir berkata lain terhadap hubungan mereka.
Beberapa bulan lamanya, si pemuda belum juga bisa move on. Bayangan wajah mantan kekasihnya belum juga hilang dari ingatan. Berbagai cara telah dicoba. Namun kesemuanya nihil.
Salah seorang teman karib memberikan saran: “Coba kamu minta saran Abu Nawas, siapa tahu dia punya cara jitu tentang problem yang kamu hadapi saat ini!”
Si pemuda mengiyakan sembari menggelandang tangan teman karibnya. Ia minta diantar untuk berkunjung ke rumah Abu Nawas.
Baca juga: Jawaban Abu Nawas tentang maling
Mendengar pintu rumah diketuk, Abu Nawas segera membuka pintu lalu mempersilahkan tamunya masuk. Setelah mereguk minuman yang disediakan. Si pemuda bercerita tentang problem yang ia hadapi.
Abu Nawas manggut-manggut. Setelah beberapa saat suasana terasa hening, Abu Nawas menggebrak meja lalu berkata: “Nampaknya dirimu sedang patah hati, lukanya memang amat dalam. Tapi tenang saja, selepas keluar dari rumah ini, dengan cepat kamu pasti melupakannya.”
Sambil menggeser kursi agak maju sedikit, Abu Nawas melanjutkan: “Kamu beruntung, cepat atau lambat mantan kekasihmu itu bakalan mati, untung saja kalian berdua tidak jadi menikah.”
Si pemuda nampak kaget. Dalam lubuk hatinya ia berkata: “Alhamdulillah, beruntung sekali hambamu ini ya Allah”.
Karena merasa telah mendapat pencerahan dari Abu Nawas, Kedua pemuda pamit lalu berjalan berjalan keluar rumah. Si pemuda yang patah hati berjalan di depan agak cepat. Teman karibnya sengaja melambatkan langkahnya karena penasaran dengan jawaban Abu Nawas.
Melihat temannya sudah agak jauh. Ia bertanya kepada Abu Nawas: “Kok anda bisa tau kalau mantan kekasihnya akan meninggal dunia?”.
Sambil tersenyum Abu Nawas menjawab: “Bukankah cepat atau lambat manusia pasti menemui ajalnya?”
Mendengar Abu Nawas bertanya balik, ia ikut tersenyum sambil berjalan cepat menyusul temannya yang patah hati.
Kisah di atas terdapat dalam keterangan ngaji rutin pada hari Ahad di Ponpes Langitan Widang Tuban Jawa timur tahun 2015. Pak Kiai Adib menerangkan kelihaian Abu Nawas dalam memecahkan masalah dan kepandaian dalam ilmu logika.