Pasca meninggalnya Khalifah terakhir, yaitu Sayyidina Ali bin Abi Thalib, RA, suksesor kepemimpinan Islam terpecah menjadi dua: masyarakat Kufah yang mengangkat Hasan (putra Ali) sebagai pemimpin umat Islam dan juga masyarakat Syam yang mengangkat Mu’awiyah bin Abi Sufyan sebagai pemimpin umat Islam.
Di masa inilah terjadi konflik politik yang berkutat pada masalah siapa yang berhak menjadi pemimpin umat Islam pada waktu itu, sehingga berdirilah Dinasti Umayyah yang didirikan oleh Mu’awiyah bin Abi Sufyan dengan berbagai latar belakang yang telah tercatat dalam sejarah Islam.
Dinasti Umayyah berdiri pada tahun 40 H atau 661 M, dan berkuasa selama kurang lebih sekitar 90 tahun yaitu dari tahun 40-132 H atau 661 -750 M. Di masa ini lah, peradaban Islam mempunyai banyak kemajuan diberbagai bidang seperti militer, tumbuhnya ilmu pengetahuan, dan lain sebagainya. Dan di masa ini lah, untuk pertama kalinya pusat pemerintahan Islam berada di luar Jazirah Arab yaitu Damaskus.
Pemerintahan Dinasti Umayyah dianggap sebagai masa penyebaran benih kebudayaan yang berkembang subur di masa Dinasti Abbasiyyah. Banyak ilmu pengetahuan yang berkembang pada masa Dinasti Umayyah, seperti ilmu-ilmu keagamaan (ilmu qira’at, ilmu fiqh, ilmu tafsir, ilmu kalam, ilmu hadis, ilmu tasawuf dan ilmu bahasa) dan juga ilmu arsitektur.
Selain banyaknya ilmu pengetahuan yang berkembang dan memunculkan ulama-ulama besar di berbagai bidang, Dinasti umayyah juga berperan besar dalam perkembangan Islam di dunia. Karena pada masa inilah, pemerintahan Islam berhasil menaklukan wilayah-wilayah yang sebelumnya dikuasai oleh kerajaan Romawi dan Byzantium. Bahkan pada masa pemerintahan Dinasti Umayyah, wilayah kekuasaan Islam terbentang sampe ke Andalusia, Afrika Utara, Persia, Asia Tengah dan wilayah Hindia.
Adapun upaya yang dilakukan oleh para pemimpim di masa pemerintahan Dinasti Umayyah, yang mampu menunjang kemajuan peradaban Islam adalah membangun bidang administrasi di pemerintahan seperti sentralistik pemerintahan, mendirikan departemen (diwan) yang membantu tugas-tugas pemerintahan, yang pada masa Dinasti Umayyah, didirikan empat departemen atau diwan.
Empat departemen (diwan) tersebut adalah Diwan Rasail yang mengurus surat-surat negara kepada para gubernur, Diwan Kharaj yang mengurusi tentang perpajakan, Diwan Jund yang mengurus tentang ketentaraan negara (militer negara) dan Diwan Khatam yang mengurusi perihal catat-mencatat. Selain mendirikan empat departemen tersebut, pemerintahan Dinasti Umayyah juga menjadikan bahasa arab sebagai bahasa resmi administrasi negara.
Selain bidang administrasi, bidang-bidang lain juga dikembangkan sebagai penunjang kemajuan peradaban Islam seperti bidang seni dan budaya. Selain itu juga mencetak mata uang dengan bahasa Arab, kemudian mendirikan pabrik industri dan gedung, seperti pabrik kain sutra, gedung pemerintahan dan membangun kota Basrah dan Kufah sebagai pusat perkembangan ilmu dan sastra.
Walaupun Dinasti Umayyah dianggap sebagai dinasti yang tidak terlalu memperhatikan bidang pendidikan, karena lebih focus kepada politik dan militer, namun Dinasti Umayyah juga mempunyai andil besar dalam pengembangan ilmu-ilmu agama Islam, sastra dan filsafat. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya Kuttab (lembaga pendidikan dasar dan menengah) dan masjid yang dibangun, dan dijadikan pusat pembelajaran Islam.
Keberhasilan Dinasti Umayyah dalam melakukan futuhat atau perluasan wilayah, tidak bisa dilepaskan dari kemajuan bidang politik dan militer Dinasti Umayyah pada waktu itu. Kekuatan militer dan kebijakan-kebijakan politik yang dijalankan oleh para pemimpin Dinasti Umayyah sangat berperan penting pada saat itu. Oleh karena itu, pada masa Dinasti ini, bidang politik dan militer merupakan bidang yang paling diperhatikan. Dengan perhatian pemerintah terhadap dua bidang ini, Islam bisa masuk dan menaklukan wilayah-wilayah yang sebelumnya dikuasai oleh Romawi dan Byzantium.
Selain ekspansi wilayah besar-besaran yang dilakukan oleh Dinasti Umayyah, gerakan penerjemahan buku-buku yang berbahasa selain Arab ke dalam bahasa Arab juga sudah dimulai pada masa ini. Hanya saja, gerakan penerjemahan mulai berkembang pesat pada masa pemerintahan Dinasti Abbasiyyah.
Islam dan peradabannya bisa jadi tidak akan maju dan berkembang jika hanya memiliki wilayah yang sempit. Oleh karena itu, Dinasti Umayyah yang terkenal dengan ekspansi wilayahnya sangat mempunyai peranan besar dalam kemajuan peradaban Islam. Dan tentu saja, hal itu didukung dengan adanya pembangunan infrastruktur setelah melakukan penaklukan, seperti kuttab dan masjid. Dengan begitu, wilayah-wilayah yang telah ditaklukan menjadi tempat berkembang dan tumbuhnya peradaban Islam di wilayah baru tersebut.
Oleh karena itu, Dinasti Umayyah disebut sebagai penebar bibit kejayaan peradaban Islam, walaupun sejatinya bibit kejayaan peradaban Islam itu sudah ada sejak pada masa Nabi Muhammad SAW.
Wallahu A’lam.