Dihyah bin Khalifah bin Farwah Al-Kalbiy Al-Qadha’iy adalah seorang sahabat Rasulullah. Beliau termasuk orang yang masuk Islam pada awal-awal agama ini disyiarkan. Beliau masuk Islam sebelum perang Badar Kubra, namun beliau dalam sebuah riwayat absen dalam perang itu. Tapi, setelah itu beliau tak pernah absen sekalipun dalam peperangan bersama Rasulullah.
Dihyah ini mempunyai keutamaan yang sering diceritakan di banyak kitab sejarah. Diantaranya adalah seringnya Jibril datang menyerupai wajah beliau. Demikian disebut dalam kitab Al-Jawahir Al-Lu’lu’iyah Syarh Arbain Nawawiyah. Ada riwayat pula yang menyebutkan tentang Ummu Salamah yang menyangka bahwa orang yang menemui Rasulullah adalah Dihyah. Adapula Aisyah yang pernah salah sangka dan anggap bahwa yang menemui Rasulullah adalah Dihyah. Ketika itu Rasulullah balik bertanya, “Apakah engkau melihatnya?.” “Iya wahai Rasulullah, itu adalah Dihyah.” Rasulullah kembali bersabda, “Itu adalah Jibril dan ia menyampaikan salam kepadamu.” Begitu diceritakan dalam Al-Sumthu Al-Samin fi Manaqib Ummahat Al-Mu’minin.
Kemiripan Dihyah dengan Jibril juga dinyatakan Rasulullah dalam sebuah hadits pada kitab Shahih Muslim. Bahwa beliau Rasulullah adalah orang yang paling mirip dengan nabiyullah Ibrahim AS. Sedangkan Urwah bin Mas’ud mirip dengan nabiyullah Isa AS. Adapun Jibril mirip dengan Dihyah. Adanya Jibril yang datang mirip dengan Dihyah juga seperti kejadian Ibrahim yang didatangi malaikat dalam rupa manusia ketika mengkabarkan sebuah kabar gembira bahwa istri beliau akan hamil dan sekaligus memberitakan bahwa malaikat akan menghancurkan kaum Luth.
Dihyah juga adalah utusan Rasulullah kepada Heraklius, Kaisar Romawi kala itu. Surat Rasulullah untuk mengajak Heraklius mengikuti agama Islam. Sesampainya di hadapan Heraklius, Dihyah dipanggil dan Heraklius menyatakan, bahwa sebenarnya ia mengetahui kebenaran risalah Rasulullah. Namun ia takut akan diri dan kekuasaannya. Untuk itu Heraklius ingin agar Dihyah menemui uskup Baghathir atau Daghathir.
Uskup ini merupakan rujukan utama dalam hal keagamaan dan orang yang paling dipercaya orang Romawi saat itu. Setelah berdiskusi lama, Uskup Daghathir pun membenarkan risalah Rasulullah. “Sahabatmu itu, adalah Ahmad yang disifati dan diceritakan dalam kitab-kitab kami. Sungguh ia adalah benar Rasul penutup risalah.” Pada saatnya, sang uskup menanggalkan pakaian hitam kebesarannya dan berganti dengan jubah putih. Ia keluar menuju umatnya dan menyerukan agar mereka mengikuti sang Ahmad, rasul terakhir. Malang bagi Daghathir, ia meninggal setelah dilempari batu oleh orang yang dulu memujanya.
Ketika Dihyah menghadap kembali pada Heraklius, sang kaisar menyatakan, “Itulah yang aku khawatirkan atas diriku dan kerajaanku. Sesungguhnya Daghathir lebih mulia dariku. Namun jika itu yang dia dapatkan, aku pun akan menerima hal yang lebih buruk jika mengikutimu.” Begitu Abu Al-Qasim Ismail bin Muhammad bin Al-Fadhl bin Ali Al-Taymi, seorang alim Baghdad menceritakan dalam kitab Al-Mab’ats wa Al-Maghazi. Sepulang Dihyah, ia mendapat banyak hadiah dari kaisar. Namun nahas, semuanya dirampok di daerah Hisma, hingga Rasulullah mengutus Zaid bin Haritsah menumpas mereka. Begitu dituturkan kitab Al-Bidayah wa Al-Nihayah karya Ibnu Katsir.
Dalam perang Khaibar, setelah memenangkan peperangan atas kaum Yahudi. Dihyah yang terkenal sebagai pedagang ulung mendatangi Rasulullah. “Wahai Rasulullah, berikanlah aku budak perempuan.” Rasulullah lantas bersabda, “Pergilah ke para tawanan, ambillah budak perempuan di sana.” Dihyah pun lantas memilih satu, ialah Shafiyyah binti Huyay. Seorang lelaki kemudian mendatangi Rasulullah dan menyatakan, “Wahai Rasulullah sesungguhnya (yang diambil Dihyah) adalah istri dari pemimpin mereka. Maka tak patut kecuali untukmu.”
Alasan lelaki itu diantara adalah posisi Dihyah sebagai pedagang, maka bisa saja kelak dijual dan berpindah-pindah tangan. Hal tersebut akan sangat menghinakan marwah. Maka Rasulullah menyatakan kepada Dihyah, “Tinggalkan dia dan ambillah lainnya.” Maka Rasulullah meminta Bilal untuk mendatangkan Shafiyah. Begitu diceritakan dalam Sabil Al-Rasyad fi Hady Khair Al-Ibad. Shafiyah dalam kisah ini adalah Sayyidah Shafiyyah binti Huyay, Ummul Mu’minin. Salah satu istri Rasulullah. Menurut beberapa cerita beliau adalah anak dari pemimpin Yahudi Bani Nadhir, beberapa cerita lain menyatakan istrinya. (An)
Allahu a’lam.