Majelis Ulama Indonesia (MUI) menggelar Munas ke-10 pada 25-27 November ini. Ada sejumlah agenda yang dibahas pada forum tersebut, salah satunya tentang mencari Ketua Umum MUI yang baru, setelah KH Ma’ruf Amin mendapat amanat jadi Wakil Presiden.
Selain itu, agenda penting lainnya adalah membahas sejumlah rekomendasi dan fatwa, seperti membahas penggunaan masker saat berihram haji dan umroh. Ini seperti diterangkan Waketum MUI Zainut Tauhid Sa’adi pada Senin (23/11) lalu.
“Terkait human diploid cell pada vaksin, penggunaan masker saat berihram haji dan umroh, pendaftaran haji melalui utang, dan pembiayaan dan pendaftaran haji pada usia dini,” ucap Zainut.
Lebih jauh, dia menyatakan bahwa MUI akan terus memantapkan peran dan fungsinya dalam melaksanakan tugas amar ma’ruf nahi mungkar atau mengajak ke jalan kebaikan dan mencegah hal-hal yang dilarang oleh agama ke depannya.
“Orang sering memahami tugas mulia tersebut secara keliru, seakan-akan kalau mengajak kebaikan itu dengan cara yang lemah lembut, sedangkan kalau mencegah kemungkaran itu harus dengan cara yang keras dan kasar. Pemahaman seperti itu adalah keliru dan tidak dibenarkan menurut agama. Baik amar ma’ruf maupun nahi munkar harus dilaksanakan dengan cara-cara yang baik, santun, berakhlak mulia, dan tidak melanggar hukum dan norma susila,” tegas Zainut.
“Tidak boleh atas nama mencegah kemungkaran (nahi munkar) dengan kata-kata yang kasar, menebarkan ujaran kebencian, hoax, fitnah, ghibah, namimah, dan teror atau membuat ketakutan pihak lain. Dalam Al-Qur’an, umat Islam diperintahkan untuk mengajak atau berdakwah dengan penuh kebijaksanaan (bilhikmah), contoh yang baik (mau’idhotil hasanah) dan berdiskusi dengan cara yang baik (wajadilhum billati hia ahsan),” imbuh Wamenag RI ini.
Senada dengan itu, Presiden Jokowi menyatakan pemerintah mendukung penuh ikhtiar MUI mewujudkan Islam rahmatan lil ‘alamin dalam kehidupan bangsa yang majemuk. Ini dia sampaikan dalam pembukaan acara Munas MUI secara virtual pada Rabu malam, 25 November 2020.
Corak keislaman di Indonesia, demikian Jokowi, identik dengan pendekatan dakwah kultural yang persuasif dan damai, tidak menebar kebencian, jauh dari karakter ekstrem dan merasa benar sendiri.
“Hal ini menunjukkan bahwa semangat dakwah keislaman kita adalah merangkul, bukan memukul. Karena hakikat berdakwah adalah mengajak umat ke jalan kebaikan sesuai akhlak mulia Rasulullah SAW,” kata Jokowi lewat video konferensi.
Selanjutnya, Jokowi mengatakan bahwa MUI dan Ormas Islam lain tidak membiarkan pemerintah bekerja sendirian.
Baca Juga, MUI Menyesalkan Jokowi Karena Baru Dilibatkan Setelah UU Ciptaker Disahkan
“Pemerintah tidak dibiarkan sendirian, namun ditemani bahkan dibantu oleh berbagai ormas Islam bersama para ulama, habaib, dan cendekiawan. Ini modal berharga kita sebagai sebuah bangsa yang belum tentu dimiliki oleh negara-negara lain,” ujar Jokowi.