Di Bawah Lindungan Label Halal

Di Bawah Lindungan Label Halal

Label halal berada di sekitar kita, kenapa kita menyukainya?

Di Bawah Lindungan Label Halal

Beberapa waktu silam, ketika melihat iklan jilbab halal Zoya, saya terperangah. Saya bisa jadi berpikir sederhana saja: apakah selama ini ada jilbab haram, sehingga perlu ada penegasan bahwa produk jilbab Zoya adalah jilbab halal.

Iklan yang digunakan Zoya cukup menohok. Di sebuah banner Zoya terpampang tulisan: yakin hijab yang kita gunakan halal?

Banner dengan latar hitam polos dan tulisan warna putih ukuran besar itu terasa cukup meneror. Meski minimalis, dengan logo Zoya dan MUI di pojok bawah, tak urung beberapa orang merasa was-was. Perihal halal haram dalam Islam bukan hal sepele. Muslim yang baik tentu ingin jauh-jauh dari yang haram. Harus diakui iklan Zoya itu amat mencuri perhatian.

Selanjutnya saya berpikir dan bertanya: sejak kapan fenomena ini marak? Rasa-rasanya “orang-orang dulu” berjilbab ya berjilbab saja. Tidak ditarik ke ranah halal haram. Karena toh jilbab bukan makanan. Tapi sekarang “halal” menjadi tren. Belakangan marak istilah pariwisata halal, hotel syariah, dan seterusnya. Apa akar fenomena ini?

Saya beruntung bertemu dengan buku Gen M: Generation Muslim karya Yuswohady dkk. Meski “terlambat” membacanya, buku terbitan Bentang itu setidaknya menjawab beberapa pertanyaan-pertanyaan saya. Di sampul belakang buku, terpacak penjelasan: #GenM adalah generasi baru Muslim Indonesia yang religius, modern, inklusif dan makmur. Mereka adalah Muslim yang menjadi warga global village. Mereka Muslim yang digital savvy. Mereka akan menjadi pasar masa depan bagi Anda.

Buku Gen M: Generation Muslim karya Yuswohady dkk sekilas mengingatkan saya pada buku Generation M karya Shelina Janmohamed. Shelina melihat Generation M sebagai “Muslim modern yang keimanannya mempengaruhi gaya hidup”. Tiga kata kunci utama untuk memahami generasi itu adalah: iman, modernitas dan identitas. Dibahas di buku itu misalnya fenomena tentang Muslim hipster, halal foodies, boyband Muslim dll.

Yoswohady dkk memberi penjelasan historis tentang kemunculuan Gen M. Mereka membaginya sebagai berikut: 1989-1993 (The birth of Gen M), 1994-2005 (The Formative Years), 2006-2019 (The Growth Years), 2019-Beyond (The Harvest Years). Pembagian itu memudahkan kita membuat peta tentang generasi muslim baru di Indonesia. Sekaligus juga bisa memprediksi apa yang terjadi di masa mendatang.

Kelahiran ICMI, pendirian Bank Muamalat, dan “kemesraan” Soeharto dengan Islam menjadi penanda dari  the birth of Gen M (1989-1993). Di masa-masa itu memang “represi Orde Baru” terhadap Islam mulai mengendur dan Soeharto memainkan politik akomodasi. Itulah latar masa kelahiran Gen M. Selanjutnya, dalam rentang 1994 sampai 2005 (the formative years) ditandai dengan kebebasan di banyak lini seiring tumbangnya Orde Baru. Partai-partai Islam bermunculan, media-media Islam bermekaran, disusul dengan kejayaan film Islami (Ayat-Ayat Cinta dkk), fiksi Islami (karya-karya FLP), sinetron Islami (Rahasia Ilahi misalnya), juga lagu-lagu religi (marak di bulan puasa).

Berikutnya, Yuswohady dkk mencatat, kurun 2006-2019 menjadi the growth years bagi Gen M. Ciri yang dapat dilihat: sekolah-sekolah IT (Islam Terpadu) tumbuh bak cendawan di musim hujan, kosmetik halal mengemuka, juga fesyen Islami. Pasar muslim menjadi target utama di masa itu. Sehingga tak aneh jika Zoya merasa perlu mengkampanyekan jilbab halal. Tak aneh pula jika hotel syariah (dengan kaligrafi sebagai hiasan dinding dan Alquran tersedia di setiap kamar) satu persatu meramaikan persaingan dunia perhotelan.

Di masa itu pula, menurut Yuswohady dkk, identitas agama menjadi penting sebagai bagian dari materi komunikasi politik. Sebagaimana terlihat di pilpres 2014 dan pilgub DKI 2017. Meski memantik perdebatan, politik identitas masih menjadi “senjata” manakala parpol/calon yang berkontastasi berhadapan dengan Gen M. Mereka melihat Gen M sebagai pasar yang mesti ditaklukkan.

Terakhir, tahun 2019 dan seterusnya dianggap sebagai “masa panen”. Di masa itu, Gen M sudah berada di posisi yang mapan dan makmur. Sehingga Yuswohady dkk meramalkan lahirnya “revolusi halal”. Secara massif kata “halal” akan tersemat di banyak hal, mulai dari makanan/minuman halal, kosmetik halal, wisata halal, hotel syariah, spa syariah dll. Hal-hal itu akan menjadi the new cool bagi Gen M. Diramalkan pula, di masa panen itu, Indonesia akan menjadi kiblat fesen Muslim dunia.

Jadi, sudahkah Anda yakin songkok dan sarung Anda halal? Selamat jumatan bagi yang menunaikan.