Damaskus, Pusat Pemerintahan Pertama Islam di Luar Jazirah Arab

Damaskus, Pusat Pemerintahan Pertama Islam di Luar Jazirah Arab

Dari kota inilah lahir ulama-ulama besar Islam sebagai pengiring perjalanan umat.

Damaskus, Pusat Pemerintahan Pertama Islam di Luar Jazirah Arab

Damaskus atau dalam bahasa Arab disebut Dimasyq saat ini adalah ibu kota dari negara Suriah,  sebuah kota tua yang penuh dengan sejarah peradaban Islam. Kota ini dulunya adalah pusat pemerintahan kerajaan Romawi Timur, sebelum dibebaskan oleh pasukan Islam dibawah pimpinan Khalid Ibn Khalid (Saifullah al-Mas’ul) pada era pemerintahan Khalifah Umar bin Khatab.

Kota yang terletak di sebelah barat daya suriah ini, juga mempunyai sejarah kekuasaayang silih berganti, mulai dari bangsa Mongol Romawi, dan Arab.Damaskus bagaikan sebuah magnet, selalu menarik siapa saja yang ingin bermukim didalamnya dengan berbagai pesona yang dimilikinya.

Pada masa pemerintahan Dinasti Umayyah, yaitu pada masa kepemimpinan Mu’awiyyah bin Abi Sufyan. Damaskus dijadikan sebagai pusat pemerintahan (661 M), yang sebelumnya pemerintahan Islam berpusat di Madinah. Damaskus menjadi pusat pemerintahan Islam oleh Dinasti Umayyah yang berkuasa selama kurang lebih 90 tahun (661-750 M).

Pada saat Dinasti Umayyah ini lah, pusat pemerintahan Islam berada di luar Jazirah Arab untuk pertama kalinya. Damaskus dulunya adalah sebuah kota pertanian kecil yang terletak di perairan sungai Bardi. Dan terkenal dengan banyak sungai dan saluran-saluran air. Karena letaknya yang sangat strategis untuk pusat perdagangan dan lain sebagainya. Kota ini dijadikan pusat pemerintahan Dinasti Umayyah.

Sebagai kelanjutan dari masa Khulafaur Rosyidin dalam menyebarkan Islam dan memajukan peradaban Islam, Dinasti Umayyah menjadikan Damaskus sebagai pintu gerbang dalam membangun peradaban Islam. Dimana pada masa Dinasti Umayyah, Damaskus dibangun dengan berbagai bangunan untuk memajukan peradaban Islam.

Di kota inilah mulai dibangun fasilitas-fasilitas publik seperti rumah sakit, sekolah, dan perpustakaan. Yang dalam perkembangannya, perpustakaan yang dibangun pada masa Dinasti Umayyah. Menjadi pusat kegiatan intelektual dan keilmuan, seperti aktivitas dan kajian-kajian filologi dan sastra Arab, ilmu hadist, fiqh, tafsir, kalam, tasawuf, kedokteran dan lain sebagainya.

Dari kota inilah lahir ulama-ulama besar Islam sebagai pengiring perjalanan umat. Dan yang menjadikan kota Damaskus berbeda dengan kota-kota lainnya, dikarenakan keberadaannya yang ada di Syam, negeri para rosul dan nabi. Syam adalah nama lama untuk daerah yang saat ini meliputi negara-negara seperti Suriah (Syria), Yordania, Lebanon, dan Palestina. Sebagaimana yang dijelaskan dalam Al-Qur’an dan Al-Hadist.

Damaskus juga dikenal dengan kota yang ramah dan penduduknya yang murah hati. Kota yang mempunyai empat musim ini selalu membawa keindahan dan kekayaan alam yang bermacam-macam. Ulama-ulamanya juga terkenal dengan keilmuan dan ketakwaannya.

Tidak bisa dipungkiri bahwa kota Damaskus adalah kota yang sangat bersejarah, dalam kemajuan peradaban Islam. Sampai saat ini masih nampak dengan jelas berbagai peninggalan sejarah peradaban Islam. Yang diantaranya adalah Al-Jami’ Al-Umawi (Masjid Agung Umawi). Yang terletak di tengah kota Damaskus

Al-Jami’ Al-Umawi dahulunya dibangun pasca Abu Ubaidah Ibn Al-Jarrqh menguasai Damaskus. Kemudian masjid ini di pugar dan dibangun kembali dengan megah pada saat Dinasti Umayyah berkuasa. Pada waktu kepemimpinan Al-Walid bin Abdul Malik, yaitu tahun 705 M. Setelah dipugar, masjid ini  menjadi masjid termegah dan terbesar pertama dalam sejarah Islam.

Dari kota inilah, Dinasti Umayyah mampu mencapai kejayaannya dalam memajukan peradaban Islam. Pada waktu dibawah kekuasaan Turki Utsmani, Damaskus juga pernah tercatat mengalami masa keemasan sebagaimana pada saat kepemimpinan Dinasti Umayyah. Tepatnya pada masa Sultan Nuruddin berkuasa pada 1154 M. Pada eranya, banyak masjid, madrasah, dan pusat kesehatan publik dibangun untuk menunjukkan pencapaian peradaban Islam.

Damaskus pada masa keemasannya baik pada masa Dinasti Umayyaj ataupun setelahnya, mempunyai andil besar dalam aktivitas intelektual-intelektual Islam. Hal ini tidak lain lantaran kontibusi dua yang ada pada saat itu, yaitu Bani Asakir dan Bani Qudama. Walaupun kota ini juga pernah mengalami masa pasang dan surut dalam perjalanannya.

Namun pada saat Turki Utsmani berkuasa, Damaskus mengalami masa keemasannya lagi. Dimana pada saat kepemimpinan Sultan Nuruddin, didirikan berbagai pusat study untuk mendukung keberlangsungan aktivitas intelektual. Beberapa diantaranya adalah didirikannya Dar al-Hadist, yang merupakan sebuah madrasah bagi madzhab Maliki. Dan begitu juga dengan madrasah al-‘Adiliyyah yang saat ini telah berubah menjadi Arab Academy. Dan yang jelas berbagai pusat sudy lainnya seperti sekolah Dhahiriah, sekolah Asadiah, sekolah ‘Ashruniah dan warisan-warisan peradaban Islam lainnya.

Damaskus dulu juga terkenal sebagai kota pelajar, oleh karenanya banyak sekolah-sekolah yang ada di sana dan juga perpustakaan. Selain itu, di Damaskus juga terkenal dengan banyaknya rumah sakit milik lembaga pendidikan kedokteran dan banyaknya sekolah-sekolah kedokteran.

Sejarah panjang Damaskus dalam peradaban Islam, juga melahirkan banyak ulama-ulama besar. Diantaranya adalah Hafiz Abdul Aziz at-Tamimy, Hafiz Abu Zar’ah, Ibnu Taymiyah, Ibnu Katsir, Izzudin ibn Abdissalam, Syekh Wahbah Zuhaili, Syekh Ramadhan al-Buthi dan ulama-ulama besar lainnya yang mempunyai andil besar dalam berbagai bidang Islam.

Inilah salah satu kota yang sangat bersejarah didalam peradaban Islam, Kota pertama di luar Jazirah Arab yang pernah menjadi pusat pemerintahan Islam. Sekaligus dari sinilah kemajuan peradaban Islam di mulai. Dan kota yang menyimpan banyak sekali tentang sejarah peradaban Islam.