Nama Gus Dur terus disebut-sebut beribu-ribu orang di negeri ini, meski ia sudah lama tak bersama mereka. Dalam buku “Sang Zahid, Mengarungi Sufisme Gus Dur”, saya sudah menulis : “Gus Dur, adalah nama yang akan disebut-sebut, dikenang dan dirindukan berjuta orang, berhari-hari, berbulan-bulan, bertahun tahun dan untuk rentang waktu yang panjang. Dan meski ia telah tak lagi bersama kita di sini dan telah diistirahkan di bawah tanah lempung dan kembali ke haribaan Allah, ia masih terus saja dikunjungi banyak orang, setiap hari dan setiap jam, siang maupun malam, entah sampai kapan.
Namanya masih disebut-sebut, diceritakan, didongengkan dan didoakan dalam gempita siang maupun dalam sepi malam. Sepanjang hidupku, aku tak pernah melihat atau mendengar ada orang di negeri ini yang begitu wafat namanya disebut-sebut dengan disertai pujian, kekaguman dan kerinduan. Ucapan-ucapan, pesan-pesannya terus diingat direproduksi dan ditulis kembali dalam buku-buku, dalam bingkai, dalam lukisan, dalam puisi dan dalam senandung folklore.
Mereka melamunkan Gus Dur hidup kembali bersama mereka. “Andaikata Gus Dur ada”, “Kalau Gus Dur masih , maka”, “Sayang Gus Dur sudah tidak ada”, “Gus, Aku merindukanmu”, “Dulu ketika Gus Dur masih ada sih..” dan sebagainya.
Tetapi fenomena yang sulit dipahami sekaligus menggetarkan jiwa adalah sejak Gus Dur wafat dan diistirahatkan di tempat kelahirannya, Jombang itu, Gus Dur masih terus dikunjungi beribu orang setiap hari, seakan-akan beliau masih hidup.
Makam Gus Dur tak pernah sepi.Mereka datang dari berbagai daerah di Indonesia, baik sendiri-sendiri maupun rombongan. Padahal mereka seama hidupnya tidak mengenal Gus Dur, tetapi hanya mendengar namanya. Konon pada hari-hari biasa mereka yang berziarah tidak kurang dari 3000 orang. Sementara pada hari-hari libur dan hari-hari besar bisa mencapai 7 ribu sampai 10 ribu. Konon yang berziarah tidak hanya orang Islam, tetapi juga agama lain. Aku kira tak ada orang yang kuburannya diziarahi dan didoakan oleh begitu banyak orang, sejak wafatnya, selain Gus Dur.
Apakah gerangan rahasia kematian Gus Dur begitu fenomenal seperti itu? Mengapa Gus Dur dicintai beribu-ribu orang?
Al-Qur’an mengatakan, barang siapa yang berbuat baik maka kebaikan itu akan kembali kepada dirinya. Demikian pula keburukan.
Siapa yang mencintai niscaya akan dicintai. Ini hukum semesta.
Nah, itulah yang dilakukan dan dijalani Gus Dur sepanjang hidupnya, dan ia melakukan dengan sepenuh dan setulus hati. Ia selalu memberi tanpa berharap balasan apapun.
Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Abu Hurairah r.a:
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِنَّ اللَّهَ إِذَا أَحَبَّ عَبْدًا دَعَا جِبْرِيلَ فَقَالَ إِنِّي أُحِبُّ فُلَانًا فَأَحِبَّهُ فَيُحِبُّهُ جِبْرِيلُ ثُمَّ يُنَادِي فِي السَّمَاءِ فَيَقُولُ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ فُلَانًا فَأَحِبُّوهُ فَيُحِبُّهُ أَهْلُ السَّمَاءِ ثُمَّ يُوضَعُ لَهُ الْقَبُولُ فِي الْأَرْضِ. (رواه البخاري)
Rasulullah Saw bersabda: Sesungguhnya Allah SWT jika mencintai seorang hamba, maka Dia memanggil malaikat Jibril dan berkata: “Wahai Jibril, aku mencintai si Fulan, maka cintailah dia!” Maka Jibrilpun mencintainya, lalu Jibril mengumumkannya kepada seluruh penduduk langit dan berkata: “Wahai penduduk langit, sesungguhnya Allah mencintai si Fulan, maka cintai pulalah dia. Maka seluruh penduduk langit pun mencintainya. Kemudian orang itu pun dicintai oleh segenap makhluk Allah di muka bumi ini.” (HR. Bukhari).