Cara Rasulullah Puasa

Cara Rasulullah Puasa

Cara Rasulullah Puasa

Puasa adalah salah satu ibadah yang memiliki keistimewaan tersendiri dihadapan Allah SWT dan Rasul-Nya. Bahkan, dalam sebuah hadis qudsi Allah SWT menegaskan jika ibadah yang dilakukan seseorang semuanya diperuntukkan untuk dirinya kecuali puasa, karena puasa hanya diperuntukkan untuk Allah SWT dan Dialah yang akan membalasnya.

Lebih dari itu, karena keistimewaannya Allah SWT menyiapkan satu pintu khusus bagi orang yang berpuasa bernama “babur rayyan” untuk memasuki surga yang telah disiapkan-Nya, pintu tersebut tidak diizinkan untuk digunakan kecuali bagi mereka yang melaksanakan ibadah puasa.

Lebih lanjut, puasa sebagai sebuah ibadah memiliki beberapa manfaat yang dikhususkan baginya, diantaranya, untuk mengangkat derajat orang yang berpuasa di hadapan Allah SWT, untuk menghapus dosa-dosa orang yang melaksanakan puasa, untuk menghancurkan syahwat yang berada dalam diri orang-orang yang berpuasa, serta membentengi diri dari bisikan-bisikan maksiat.

Namun, manfaat dan keistimewaan yang dimiliki oleh ibadah puasa, baru bisa dirasakan oleh orang yang melaksanakan puasa, jika puasanya sesuai dengan tuntunan adab bagi orang yang berpuasa yang dicontohkan oleh baginda Nabi Muhammad SAW. Dan untuk mengetahui adab orang yang berpuasa kita perlu mengetahui bagaimana Nabi Muhammad SAW berpuasa.

Jika ditinjau dari perintah-perintah Nabi Muhammad SAW bagi orang yang berpuasa, kita bisa mengetahui bagaimana cara Nabi Muhammad SAW berpuasa. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda: “siapa yang tak meninggalkan perkataan dan perbuatan yang keji, maka Allah SWT tidak butuh kepada pengorbanannya untuk meninggalkan makan dan minumnya” (HR. Muslim)

Dari hadis tersebut kita bisa mengetahui bahwasannya ketika berpuasa Nabi Muhammad SAW pasti senantiasa menjaga lisan, dan seluruh anggota tubuh beliau dari melakukan perbuatan keji. Sebagaimana perintah tersurat beliau kepada kaum muslimin dalam hadis di atas. Karena sejatinya, menjauhi dan meninggalkan perkataan dan perbuatan keji yang dapat merusak puasa adalah kewajiban bagi seluruh kaum muslimin yang berpuasa sebagaimana Rasulullah SAW mencontohkannya, jika mereka tidak ingin hanya mendapatkan haus dan lapar dari puasanya.

Rasulullah SAW bersabda: “betapa banyak dari orang yang melaksanakan qiyamullail hanya mendapatkan lelahnya tidak tidur dari qiyamullailnya, dan betapa banyak dari orang yang berpuasa hanya mendapatkan haus dan lapar dari puasanya” (HR. Ahmad)

Selain hal tersebut, ada hal yang sangat istimewa dari puasanya Rasulullah SAW yaitu kebiasaan beliau untuk senantiasa menyertai rasa keberadaan pertolongan Allah SWT dalam setiap puasa yang beliau laksanakan, hal tersebut terdeskripsikan dalam doa-doa beliau menjelang berbuka, sebagaimana diriwayatkan oleh al-Baihaqi bahwasannya Rasulullah SAW ketika berbuka membaca doa “segala puji bagi Allah SWT yang telah menolongku sehingga aku dapat berpuasa, dan memberikanku rizki sehingga aku dapat berbuka” (HR. Baihaqi)

Di balik keistimewaan cara Nabi Muhammad SAW berpuasa, dengan meninggalkan segala perkataan dan perbuatan keji yang bisa merusak nilai puasa beliau, serta kebiasaan beliau menghadirkan rasa keberadaan pertolongan Allah SWT dalam puasa yang beliau jalani, terdapat hikmah tersirat yang berupa keinginan beliau untuk menjadikan puasa sebagai salah satu media yang dapat melatih umatnya dalam menjaga perkataan dan perbuatan mereka, serta, dalam menghadirkan rasa keberadaan pertolongan Allah SWT dalam kebaikan yang mereka lakukan, agar mereka terhindar dari kesombongan diri yang dapat mencelakakan.